Ayahnya, J.F. Kuyper, yang adalah pendeta
Hervormde Kerk, bukanlah seorang penganut liberal modernis maupun
Reformed Ortodox. Kuyper bersekolah di rumah sampai ayahnya mengambil pendidikan kependetaan di
Leiden. Di Leiden pulalah Kuyper masih menghabiskan enam tahun lagi untuk pendidikannya. Setelah lulus pada tahun
1855, ia kuliah di
Universitas Leiden, di mana dia dikelilingi oleh
modernisme. Kuyper lulus dengan menyandang gelar sarjana sastra pada tahun
1857 dan sarjana filosofi pada tahun
1858.
Kemudian Kuyper masuk ke
Sekolah Teologi Leiden untuk belajar kependetaan. Sekali lagi, dia dikelilingi oleh modernisme. Setelah lulus, Kuyper berusaha meraih gelar doktor dan mendapatkannya pada Mei
1862. Namun, Ia jatuh sakit karena kelelahan. Perlu waktu delapan bulan untuk memulihkan diri. Setelah pulih, ia diangkat menjadi majelis di
Hervormde Kerk di
Beest pada tahun
1863.
Kuyper mulai beralih dari aliran modernisme ke aliran
Reformed Ortodox pada tahun 1866. Dia menentang
sistem hierarki dan peran
raja pada Hervormde Kerk, serta berorasi untuk memisahkan
gereja dan negara.
Pada tahun
1867, Kuyper pindah ke
Utrecht dan ia diminta untuk melayani di sebuah gereja yang paling terkemuka di
Amsterdampada tahun
1870. (Sebagai catatan, Hervormde Kerk menggunakan sistem yang menyerupai sistem yang digunakan pada universitas. Jadi, semua jemaat di seluruh kota menjadi bagian dari gereja tersebut. Ada 140.000 anggota jemaat, 136 majelis, dan 28 pendeta di seluruh kota Amsterdam saat itu.) Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun ajaran Reformasi dikumandangkan di Hervormde Kerk, Amsterdam.
Pada tahun
1871, Kuyper mulai menulis di surat kabar
De Heraut. Setahun kemudian, ia juga memulai surat kabarnya sendiri,
De Standaard. Pada tahun
1873, ia mencalonkan diri sebagai anggota parlemen, tapi upayanya ini tidak berhasil. Ia baru terpilih sebagai anggota parlemen pada tahun
1874. Karena itu, Kuyper memaksakan dirinya lagi sehingga dia terpaksa mengundurkan diri untuk memulihkan kesehatan mentalnya.
Kuyper juga memimpin pemisahan diri dari
Nederlandse Hervormde Kerk (NHK) pada tahun
1886. Dolerenden (yang bersedih hati) meratapi hilangnya keunikan Reformed dalam tubuh NHK, yang tidak lagi membutuhkan kehadiran majelis dalam setiap pengambilan keputusan yang berhubungan dengan norma-norma Reformed.
Kuyper dan gereja Amsterdam bersikeras bahwa para majelis dan jemaat gereja harus mengacu kepada pengakuan Reformed. Hal ini mengakibatkan munculnya sejumlah kubu (classis). Akibatnya, Kuyper bersama sekitar delapan puluh anggota jemaat Amsterdam diskors dari gereja pada Desember
1885. Keputusan tersebut ditetapkan melalui rapat sinode provinsi pada
1 Juli 1886.
Tidak terima diskors, Kuyper berkhotbah di hadapan para pendukungnya di sebuah auditorium pada hari Minggu,
11 Juli 1886. Karena kesedihan mereka atas keputusan NHK, kelompok itu menyebut diri mereka
Doleantie (kaum yang bersedih hati).
Kelompok itu akhirnya menamakan diri mereka sebagai
Nederduitsche Gereformerde Kerken. Pada tahun 1889, kelompok ini mempunyai lebih dari 200 jemaat, 180.000 anggota, dan sekitar 80 pendeta.
Pemisahan tersebut sebenarnya bukan satu-satunya keinginan mereka. Dolerenden juga berusaha berkoalisi dengan gereja-gereja
Afscheiding,
Christelijke Gereformeerde Kerken. Koalisi itu terbentuk pada tahun
1892 sehingga terbentuklah Gereformeerde Kerken di Belanda. (Seperti yang sering terjadi, beberapa gereja Afscheiding memisahkan diri dan membentuk kelompok mereka sendiri yang juga bernama
Christelijke Gereformeerde Kerken.)
Kuyper kembali dipilih sebagai anggota parlemen pada tahun
1894. Ia memperluas model pemungutan suara dari satu suara tiap satu kepala keluarga (hak pilih sensus) menjadi satu suara tiap satu warga negara (hak pilih universal/umum). Hal ini memecah Anti-Revolutionary Party (ARP - Partai Anti-Revolusioner) menjadi dua kubu. Salah satunya membentuk
Christian-Historical Union (CHU), partai yang menentang hak pilih universal.
Kuyper memimpin ARP sampai ia wafat pada tahun
1920. Pada kurun tertentu, ARP membentuk pemerintahan dengan Kuyper sebagai perdana menteri. Namun setelah CHU terbentuk pada tahun
1901, kekuatan ARP memudar. Pada tahun
1905, partai tersebut menjadi partai oposisi.
Sekali lagi pada tahun
1912, Kuyper harus istirahat dari politik karena kesehatannya. Ia kembali aktif pada tahun
1913. Meskipun Belanda tidak memihak negara mana pun dalam
Perang Dunia I, Kuyper memihak
Jerman karena
Inggris adalah musuh
Belanda selama
Perang Boer (1880-1881 dan 1899-1902).
Kuyper mempunyai banyak profesi:
pendeta,
penerbit,
filsuf,
politikus, dan teolog. Pemikirannya sering kali orisinil. Ia mendukung
presumptive regeneration, sebuah ide yang menyebutkan bahwa kita harus mengasumsikan kelahiran baru anak-anak berdasarkan pada keyakinan orang tuanya. Meskipun pemikiran tersebut sudah tidak dipercaya oleh orang banyak setelah zaman Kuyper, ajaran ini masih dipegang teguh oleh banyak tradisi Reformed.
Gagasan penting Kuyper lainnya adalah
antitesis, jurang yang sangat lebar antara dunia yang jatuh dalam dosa dan gereja yang diselamatkan membuat orang-orang Kristen harus mempunyai partai politik, sistem sekolah, dan serikat kerja mereka sendiri.
Konsep ketiga, yang mungkin lebih filosofis daripada teologis, adalah "ruang lingkup kekuasaan" - bahwa setiap bidang kehidupan mempunyai peraturannya masing-masing. Jadi, undang-undang yang mengatur sebuah negara seharusnya tidak mengatur agama -- atau sebaliknya. Adalah pekerjaan filsuf, ilmuwan, dan praktisioner untuk mengungkapkan peraturan-peraturan yang mengatur setiap bidang kehidupan. Gagasan ini nantinya akan lebih dikembangkan oleh
Herman Dooyeweerd.
Sumbangan teologis Kuyper yang paling besar adalah doktrin anugerah bagi seluruh umat manusia (common grace) yang mengajarkan bahwa Allah telah bermurah hati untuk mengendalikan kuasa dosa dalam dunia kita yang sudah rusak ini sehingga dunia kita tidak mungkin menjadi dunia yang terburuk yang mungkin terjadi. Dengan kata lain, inilah anugerah yang menyelamatkan itu, satu-satunya yang menopang alam semesta dari kejatuhannya.