Monday, September 7, 2015

Karya Roh Kudus Bagi Dunia

Karya Roh Kudus Bagi Dunia

Ringkasan Khotbah 24 Mei 2015
Daftar Bacaan: 
Kisah Para Rasul 2:1-21; Mazmur 104; Roma 8:22-27; Yohanes 15:26-26, 16:4b-15
1. Apa yang dirayakan pada hari Pentakosta?
Dalam tradisi orang Israel/Yahudi hari ke lima puluh setelah Paskah, Pentakosta adalah Hari Raya di mana umat bersyukur untuk dua hal yang Allah lakukan dalam rangka memelihara kehidupan umat :
a. Hari Raya Panen Gandum: pemeliharaan secara jasmani
b. Turunnya Taurat melalui Musa di G.Sinai: pemeliharaan spiritual
Namun terbukti dalam sejarah umat bahwa mereka kerap kali gagal memelihara kesetiaan kepada Allah. Oleh karena itu Kis 2 mengisahkan bagaimana Tuhan kembali berkarya, memenuhi janjinya untuk mengirimkan Penolong bagi umat, yaitu di dalam kehadiran dan karya Roh Kudus yang dicurahkan pada hari Pentakosta.
2. Apa sebenarnya Roh Kudus itu?
Jawab atas pertanyaan ini sangat penting. Jika kita salah memaknai, keliru mengartikan keberadaan Roh Kudus dan karyaNya maka kita juga akan gagal mengalami kuasaNya yang akan menolong kita itu.
Syair Mazmur 104 mengingatkan kita akan peristiwa penciptaan. Dalam Kej 1:1 digambarkan mengawali karya penciptaannya “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air”. Tentu teks ini tidak berarti bahwa Roh Allah terpisah dari Allah. Ia mau mengatakan inilah wujud kehadiran Allah dalam kuasaNya yang dinamis, yang mencipta, yang membarui, yang memberi kehidupan. Nah itulah keberadaan Roh Kudus dan karyaNya. Roh Kudus tidak bisa kita lihat namun bisa kita alami kehadiran dan karyanya yang membarui kehidupan kita, yang menjadikan kita sebagai ciptaan baru.
3. Apa yang menjadi karya Roh Kudus?
Kej 11 mencatat peristiwa bagaimana manusia berusaha untuk mengungguli Allah dengan membangun menara Babel. Oleh karena itu Allah mengacaukan bahasa-bahasa manusia. Bahasa lalu memecah belah umat manusia. Pada hari Pentakosta seperti dipersaksikan dalam Kis 2 bagaimana Roh Kudus menjadi kuasa Pemersatu. Simbolisasi karya Roh Kudus yang mempersatukan ini nyata ketika orang banyak yang datang dari berbagai latarbelakang, termasuk bahasa yang bermacam-macam, mendengar para rasul berbicara dalam bahasa mereka masing-masing. Sekalipun mereka beragam Roh Kudus mempersatukan mereka di dalam kebenaran Firman yang mereka dengar.
Inilah karya Roh Kudus bagi dunia. Dunia kita adalah dunia yang cenderung makin terpecah belah oleh egoisme dan egosentrisme baik personal maupun komunal. Kita melihat bagaimana kelompok-kelompok ekstrim di berbagai belahan penjuru dunia memaksa kelompok lain yang berbeda untuk memiliki keyakinan yang sama dengan mereka. Bahkan tidak segan menindas, membunuh, menghancurkan pihak lain seperti yang dilakukan kelompok Negara Islam Irak Suriah (NIIS / ISIS). Dalam skala yang berbeda hal itu juga terjadi di tengah masyarakat dan bangsa kita. Sekalipun satelit dan internet dikatakan telah mempersatukan dunia namun dalam kenyataannya jurang pemisah antara negara kaya dan negara miskin tidak semakin menyempit.
Gereja harusnya menjadi contoh tentang hidup di dalam persatuan yang sejati. Bayangkan betapa indahnya jika para anggota hidup damai di tengah aneka perbedaan yang ada. Saling memperhatikan, saling mempedulikan, saling menghormati, saling melayani, saling menopang, dan yang sejenisnya, karena masing-masing dan semuanya mau hidup di dalam KASIH seperti yang dikehendaki Tuhan Yesus Kristus.
Namun mari kita sadari, kita tidak mungkin mampu hidup dalam kasih seperti itu tanpa kehadiran dan karya Roh Kudus dalam hidup kita. Mengapa?
4. Menyambut kehadiran dan karya Roh Kudus.
Di atas telah dikatakan bahwa dalam keberdosaannya manusia cenderung egois, hanya mementingkan diri sendiri, dan egosentris, semua berpusat pada diri sendiri serta kepentingannya. Egoisme dan egosentrisme inilah yang telah mengakibatkan banyak perpecahan dan keterpisahan dalam relasi antar manusia. Mulai dari dalam keluarga, masyarakat, bahkan di dalam gereja pun hal itu bisa terjadi. Di sinilah pentingnya karya Roh Kudus.
a. Menginsyafkan . . . (Yoh 16:8)
Roh Kudus secara konsisten terus menginsyafkan kita akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Ia melakukan itu antara lain melalui suara hati, lewat nurani kita. Karyanya ini harus segera disambut. Jika tidak maka telinga hati kita semakin lama akan semakin tuli dan kita adan gagal mendengar suaraNya. (Ingat suara yang berperang dalam hati kita ketika karena keegoisan kita kita tergoda untuk “nyontek”, untuk korupsi, untuk menyeleweng dari kesetiaan pada pasangan dan yang seterusnya)
b. Memimpin . . . (Yoh 16:13)
Hampir selalu dalam kita memohon pimpinan Tuhan melalui Roh KudusNya dalam hidup kita. Tapi apa yang terjadi? Ketika Sang Pemimpin mengatakan “lurus”, lalu kita menimbang-nimbang. Manakala perhitungan kita mengatakan kalau “lurus” kamu akan rugi, tersakiti dan yang sejenisnya, maka kita lalu memilih untuk belok mengikuti ego kita. Ketika Sang Pemimpin bilang “ampuni”, ego kita berteriak “balas”.
Kalau kita minta dipimpin konsekuensinya ya kita harus siap menundukkan kehendak kita pada yang memimpin itu.
c. Menghibur . . . (Yoh 16:7)
Hidup benar di tengah dunia yang tidak benar memang tidak mudah. Menurut ukuran dunia malahan kita akan susah, menderita, beban kita berat. Tapi bukankan sebuah penghiburan jadi makin berarti ketika kesusahan kita semakin besar, penderitaan kita semakin banyak, dan beban kita semakin berat? Di sanalah Roh Kudus menghibur kita.
d. Menolong . . . (Rom 8:26-27)
Roh Kudus tidak sekedar menghibur kita. Penghiburannya bukanlah basa-basi, lips service. Roh Kudus memberi kita kekuatan, pertolongan yang kita memang butuhkan. Surat Roma mengatakan: “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.” Karena Roh Kudus adalah Penolong (bdk Yoh 14:16) maka kita memperoleh kekuatan dan pengharapan dalam menjalani hidup sebagai saksi-saksi Injil Kristus di dunia ini.
Selamat hari Pentakosta. Selamat menyambut kehadiran dan karya Roh Kudus dengan benar. Amin.
Pdt. Ronny Nathanel, M.Th. )
Sumber: http://gkigi.com/?p=243

KARYA ROH KUDUS

KARYA ROH KUDUS

Dr. W. A. Criswell

11/27/55
1 Korintus 12:13

Mari kita berbicara kepada Tuhan sejenak.  Roh Kudus Tuhan, kami telah membuka Firman yang telah Engkau ilhamkan, dan malam ini kami menanti dari-Mu, wahyu untuk Engkau sabdakan kepada kami.  Kami tidak dapat melakukannya kecuali jika Tuhan membantu kami. Itu hanyalah banyak kalimat, hanyalah banyak perumpamaan. Hanyalah suara, kecuali jika Tuhan ada di dalamnya. Sulit bagi kami untuk membicarakan Roh Kudus.  Engkau ada di luar kemampuan dan pemahaman kami. Tapi Firman-Mu menyingkapkan hadirat-Mu, kepribadian-Mu, atribut-Mu, dan karya penyelamatan-Mu –semua pengharapan kami, keselamatan kami, pengubahan kami. Saat kami membicarakannya malam ini, bantulah kami. Topanglah kami. Saat kebaktian ini selesai, semoga Engkau semakin bertahta dalam kami, dan semakin banyak orang yang komit kepada-Mu. Dalam nama-Mu dan demi Yesus, Amin.
Dalam Pasal 12 surat 1 Korintus, di ayat 13, Paulus berkata—1 Korintus 12 dan 13:
Sebab oleh satu Roh kita semua dibaptis menjadi satu tubuh, baik orang Yahudi maupun orang non Yahudi, baik budak maupun orang merdeka, dan kita semua diberi minum dari satu Roh.
Sekarang, saat kita berbicara mengenai Roh Tuhan, bahkan di sini, di dalam Alkitab, dalam Versi King James, dalam begitu banyak kejadian, istilah pneuma , “roh,” diterjemahkan sebagai “ghost.”  Dan itu adalah penerjemahan yang baik, 350 tahun lalu: Roh Kudus (Holy Ghost), nafas Tuhan, hadirat Tuhan. 
Tetapi, di masa-masa yang berjalan semenjak kita menggunakan kata ‘ghost’ (hantu), karena ketidakmampuan kita untuk masuk dalam pemahaman dan kepekaan hadirat Roh, kita telah memakai kata yang menimbulkan rasa ngeri. Rasa dihantui. Itu adalah sesuatu yang ingin anda hindari –tentu saja tidak menyambut atau membuka hatimu atau pintumu bagi hantu.  Kata ini terdengar seperti takhyul yang muncul di benak kita saat kita memikirkan musim Halloween atau seorang nenek sihir yang mengendarai sapu lidi, atau sesuatu yang berpakaian lembar putih: dialah hantu (ghost).
Itulah semua setan. Itulah Iblis. Persis seperti kepraktisan semua kebenaran dan wahyu Tuhan, dia mendilusikan hal ini. Dia mengisinya dengan semua jenis konotasi yang menghapus makna rohaninya yang hebat: roh, hantu.  Yesus Kristus: Anda terdengar seperti sedang bersumpah saat anda mengatakannya. Itulah setan. Dia menabur dan dia membajak. Jadi inilah kata itu sekarang: Roh Kudus, Holy Ghost. 
Jadi, sebaik yang kita bisa malam ini, mari memandang Pribadi ketiga Trinitas, karena Dia adalah Tuhan. Dia adalah tiga dalam satu: Bapa kita, Allah yang Maha Kuasa; Tuhan kita Yesus Kristus, Juru Selamat kita, dan Roh Kudus Tuhan, Roh Kudus Yesus, yang merupakan alat Allah Bapa dan Allah Anak untuk melahirbarukan kita, menyelamatkan kita—tanpa kuasa penyelamatan ini kita tidak punya harapan dalam dunia ini dan dunia yang akan datang. Dia adalah seorang Pribadi dalam Trinitas. 
Dia ada saat penciptaan:
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Dia menciptakan simetri dan keindahan dari kekacauan ini. Roh Tuhan ada saat penciptaan.
Alkitab adalah produk karya Roh Tuhan: “Semua firman diberikan dengan ilham dari Tuhan.”  “Orang kudus Tuhan berbicara saat mereka digerakkan oleh Roh Kudus.”  Tanpa kegerakan dari Roh Tuhan, tidak akan ada silabus Alkitab ini.  Penulis sebenarnya dari Kitab yang saya pegang di tangan saya ini adalah Pribadi ketiga Trinitas: Roh Kudus. 
Keseluruhan tubuh dan kehidupan dan pekerjaan dan pelayanan dan inkarnasi dan kebangkitan dan kenaikan dan kemuliaan Yesus adalah karya terampil Roh Kudus Tuhan. Dalam Pasal pertama Lukas, dalam ayat 35, Alkitab berkata:
Dan malaikat Gabriel datang kepada Maria di Nazareth dan berkata kepadanya, Roh Kudus, akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha TInggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Dalam Kredo Para Rasul yang saya baca hari Minggu Malam lalu—anda telah membacanya di sana—“Dia dikandung dari Roh Kudus dan lahir dari anak dara Maria.” 
Dia dikandung dari Roh Kudus, Roh Kudus Tuhan membentuk tubuh, dalam kandungan perawan Maria, tubuh Tuhan Yesus Kristus.  Dia dibentuk oleh tangan-Nya. Dia lahr di bawah kuasa Roh Kudus.
Dalam Injil Lukas juga, dalam pasal 3, dikatakan: “Dan waktu Dia dibaptis, saat dia keluar dari air, Roh Kudus Tuhan turun atasnya.”  Dan dalam Pasal 4 Injil yang sama, dikatakan: “Dan Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, dibawa oleh Roh ke padang gurun.”  Dan kemudian, di bagian bawahnya: “Dan Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, dalam Kuasa Roh Kudus kembali ke Galilea.”  Kemudian, di bagian bawah, dalam pasal yang sama “Dan dia membaca serta berkata, Dan And Roh Tuhan is upon me.” 
Semua karya-Nya dilakukan dalam kuasa Roh Kudus.  Dalam Pasal 18 Kitab Matius, dikatakan: “Dan Dia mengalahkan Iblis dengan kuasa Roh Kudus.”  Saat Tuhan kita dibunuh dan disalibkan, dan dia terbungkus dalam kafan dan terbarung dalam kuburan, dalam peti mati, dan peti mati itu dimeteraikan, Roh Kudus Tuhan turun dan mengangkat tubuh Tuhan Yesus Kristus.  Dalam Pasal 8 Kitab Roma, Paulus mengatakan bahwa Kristus diangkat.  Dia dihidupkan oleh kuasa Roh Kudus.  Jika nafas Tuhan yang membangkitkan dan menggerakkan tidak ’mengeram’ di atas tubuh Kristus dan tidak membangkitkan Dia dari antara orang mati, tubuh-Nya akan dicuri di dalam kuburan baru Yusuf itu. Dia dibangkitkan dari antara orang mati oleh kuasa Roh Kudus.
Dalam Pasal 9 Kitab Ibrani dikatakan bahwa, oleh Roh Tuhan yang kekal, Kristus menyerahkan diri-Nya menjadi korban kepada Bapa di surga. Dalam Kitab Yesaya, di Pasal 11, dikatakan bahwa, saat Kristus kembali untuk memerintah bumi, Dia akan memerintah dengan kuasa Roh Kudus.  Roh Kudus Tuhan akan ada pada Dia.
Satu-satunya Tuhan yang ada di sana adalah Tuhan Allah, pantokraktōr, Yang Maha Kuasa. Satu-satunya Tuhan yang akan pernah anda lihat adalah Tuhan Yesus Kristus dan satu-satunya Tuhan yang pernah anda rasakan, satu-satunya Tuhan yang mengerjakan, yang menggerakkan, yang melahirbarukan, adalah Roh Kudus Yesus dan Bapa.
Dia adalah seorang Pribadi. Dia adalah Seseorang. Saya mengambil nats ini dari Kitab Suci. Nats ini menjadi sangat rinci. Tetapi mari kita lihat sejenak. 
Roh Kudus Tuhan –Dia memiliki pengetahuan—1 Korintus 2:11: “Tidak ada orang yang tahu apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Dia menyelidiki segala sesuatu.”
1 Korintus 2:10: “Sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.”  Dia memberi berkat bagi umat –renungan untuk pagi ini --1 Korintus 12 dan 11: “Roh membagi kepada setiap orang seturut dengan kehendak-Nya.”  Dengan pengetahuan yang tidak terbatas, Dia membantu kelemahan kita dan Dia menjadi pengantara bagi kita—Roma 8:26, 27: “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa, tetapi Roh itu (the Spirit itself)…”
Sekarang anda memanggilnya dengan ‘Itu’ (“it),” dan bukan lain.  Dan alasan untuk itu adalah bahwa dalam bahasa Yunani, anda memiliki gender yang tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Anda memiliki gender gramatis. Banyak bahasa yang memiliki gender seperti ini.
Bahasa Jerman misalnya, seorang perempuan memiliki gende netral. Seorang perempuan adalah netral. Seperti itulah bahasa Jerman. Hal paling gila yang anda pernah lihat: seorang anak perempuan memiliki gender netral. 
Tetapi anda mendapati hal seperti itu bahwa dalam banyak bahasa dan anda juga menemukannya dalam bahasa Yunani.  Jadi, bila orang Yunani berkata: “Tetapi Roh itu sendiri,” itu merupakan terjemahan aktual bahasa Tunani. Tetapi itu merupakan satu gender gramatis yang, jika untuk bisa berbicara sesuai tatabahasa, engkau harus mengatakan netral, tetapi bukan itu sendiri. Harusnya kalimat itu diterjemahkan:
Tetapi Roh sendiri berdoa bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Dan Dia yang menyelidiki hati mengetahui apa yang ada dalam pikiran Roh, karena Dia berdoa bagi orang-orang kudus menurut kehendak Allah.
Roh Kudus memiliki pikiran. Roh Kudus berdoa bagi kita dan Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan kita. 
Dia bisa berduka—Efesus 4:30: “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Tuhan, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan --
Yesaya 63:10: “Tetapi mereka memberontak, dan mendukakan Roh Kudus-nya.”  Dia bisa ditentang—Kisah Para Rasul  7:51: “Kamu selalu menentang Roh Kudus.  Sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.”
Dia menginsyafkan dunia ini—Yohanes 16:8: “Dan bila Dia datang, Dia akan menginsyafkan dunia ini akan dosa, kebenaran, dan penghakiman. Dan Dia mengajar orang Kristen, menuntun mereka ke dalam segala kebenaran --Yohanes 14:26: “Tetapi paraclete”—dan engkau telah menerjemahkannya “Penghibur,” seperti lagu malam ini—
Tetapi paraclete , bila Dia datang, yang merupakan Roh Kudus, yang diutus Bapa-Ku dalam nama-Ku, Dia akan mengajar kamu segala sesuatu, dan akan mengingatkan kamu tentang apapun yang telah Kuberitahu kepadamu.
Dan Yohanes 16:13, 14: “Tetapi apabila ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari dirin-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari Aku.  Dalam Nehemia 9:20, Nehemia berkata: “Dan Engkau memberikan juga kepada mereka Roh-Mu yang baik untuk mengajar mereka.”
Itulah Roh Kudus yang adalah seorang Pribadi: yang memiliki pikiran, yang memiliki pemahaman, yang memiliki kuasa, yang bisa ditentang, yang bisa didukakan, yang bisa menuntun dan menghibur kita, yang bisa mengajar kita.  Dia adalah seorang Pribadi.  Dia bukanlah “itu.”  Dia bukan suatu pengaruh. Dia adalah Tuhan. 
Saya tidak memahami bagaimana bisa ada tiga dalam satu: bagaimana Allah Bapa adalah Tuhan dan Yesus adalah Tuhan dan Roh Kudus adalah Tuhan.  Tetapi aku tidak harus mengerti. 
Aku sebenarnya, pada akhirnya tidak memahami apapun. Bagaiaman seorang manusia bisa menjadi dua: roh dan tubuh?  Dan apa yang terjadi bagi seorang manusia saat keduanya terpisah, dan engkau mengatakan bahwa orang itu mati? Saya tidak memahami hal itu. Bagaimaan dia ada di sana? Saya tidak memahami itu – saya bahkan tidak memahami apapun. Tidak ada orang yang memahaminya. Ini hanyalah kebenaran besar dari Yang Maha Kuasa yang kita lihat di sekeliling kita, dan kita memuji dan menyembah-Nya karena wahyu-Nya yang luar biasa bagi anak-anak manusia.
Sekarang mari kita membahas satu lagi karya Roh Kudus.  Semua pekerjaan Yesus Kristus dan Allah Bapa kita di dunia adalah dilakukan dalam Roh Kudus, oleh Roh Kudus, melalui Roh Kudus.  Kelahiran baru kita dan keselamatan kita adalah buah dari Roh Kudus Tuhan. Kita diinsyafkan oleh Roh Kudus.  Kita dibawa kepada Bapa oleh Roh Kudus.  Tidak seorangpun bisa menjadi seorang Kristen kecuali Roh Kudus memungkinkan orang itu berpaling kepada Bapa.             
Bila seorang manusia tidak diinyafkan, bila dia tidak ditarik kepada Bapa, dia akan seperti tembok yang diajak berbicara. Tetapibila hati seorang manusia dibuka oleh Roh Tuhan, mudah untuk memenangkannya bagi Kristus.  Dalam Pasal 16 Kitab Yohanes saya baru saja membaca: “Dia akan menginsyafkan dunia ini akan dosa dan kebenaran dan penghakiman.”  Ini adalah pekerjaan Roh Kudus.
Lahir baru, keajaiban kelahiran baru, adalah karya Roh Kudus Tuhan. Dalam Pasal 3 Injil keempat, yaitu Injil Yohanes, Yesus berkata kepada Nikodemus:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali (anōthen), dia tidak dapat melihat kerajaan Allah. 
Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali (anōthen)
Lihat, angin bertiup kepada ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu darimana ia datang atau kemana ia pergi. 
Tetapi engkau tidak memahaminya. Engkau tidak melihatnya. Engkau tidak tahu darimana ia datang. Engkau tidak tahu kemana ia pergi. Sebenarnya engkau tidak tahu apa-apa. Engkau hanya melihat apa yang Tuhan telah lakukan. 
Demikian juga halnya dengan angin: ia bertiup kemana ia mau. Engkau tidak tahu darimana ia datang. Engkau tidak tahu kemana ia pergi. Demikian juga dengan orang yang lahir baru (anōthen).  Demikianlah halnya setiap orang yang lahir dari Roh.
Kelahiran kembali kita adalah satu mujizat dari Roh Tuhan.  Nats terkenal dalam Titus 3:5 mengatakan hal yang sama: “bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan,”—bukan karena sesuatu yang kita telah perbuat—
Bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam kita. 
Izinkan saya mengatakan seperti ini: Salah satu hal paling heran dan ajaib di dunia ini adalah penciptaan, pembuatan tubuh Yesus Kristus.  Dia diciptakan. Dia diciptakan oleh kuasa Roh Kudus: “Roh Kudus akan menaungi engkau –Dia akan turun akan engkau; dan semua yang kudus yang lahir dari engkau akan disebut Anak Allah.”  Roh Kudus menciptakan, membuat, tubuh Yesus Kristus. 
Roh Kudus yang sama memunculkan mujizat dalam kehidupan setiap orang Kristen yang telah diselamatkan. Itulah kelahiran baru. Dalam pengertian tertentu, Tuhan membuat tubuh setiap manusia. Tidak seorang manusiapun bisa membuat tubuh. Bagaimana engkau bisa mengambil sel telur, sperma kecil itu, dan menggabungkannya dan akhirnya tumbuh menjadi makhluk hidup, seorang pribadi, menjadi anda; itu semua adalah karya kreatif Tuhan.
Itu yang disebut kelahiran baru.  Roh Tuhan memangil seorang yang terhilang, seorang pendosa yang terkutuk, dan Dia menjadikan orang itu baru. Dia memberikannya hati dan sifat yang baru. Dia melahirbarukannya. Dia menyelamatkannya. Dia menjadi seorang Kristen. Dan itulah karya Roh Kudus Tuhan. 
Roh Kudus Tuhan melanjutkan pekerjaan itu dalam kehidupan kita. Di dalam kehidupan semua orang Kristen, Dia masuk ke dalam hati kita, sebanyak yang kita izinkan—sebanyak yang kita perbolahkan. Dia masuk ke dalam hati dan kehidupan kita. Dan Dia menjadikan tubuh kita menjadi Bait-Nya.  Yesus, waktu berkumpul bersama para muridnya di ruang atas, mengembusi mereka.  Yesus mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah nafas Tuhan God.”  Terimalah pneuma, ruach , nafas, roh—Roh Tuhan yang menghidupkan, yang hidup, yang menciptakan, kuasa Tuhan yang membangkitkan. Yesus menghembuskan Roh Kudus pada mereka dan berkata: “Terimalah Roh Tuhan.”  Dan Roh itu ada pada mereka dengan kuasa yang besar dan luar biasa. Dan mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan besar dengan pengurapan dan kegerakan dan kuasa Roh Tuhan. 
Tidak satu Gereja pun memiliki kuasa yang membangkitkan, tidak satu Gerejapun bisa dipakai untuk menyelamatkan, kecuali jika GEreja itu memiliki kegerakan Roh Kudus di tengah-tengahnya. Dia hidup dalam kita.             
Saat anda datang, engkau membawa-Nya bersama anda. Dan kita semua bersama dengan Roh Tuhan dan dengan kuasa di hati kita, menik,ati jam sembahyang yang luar biasa, jika di dalam kita berdiam Roh Kudus Tuhan. 
Dia tinggal dalam kita. Dia adalah Inkarnasi dalam kita. Kita adalah bait-Nya. Seperti yang dikatakan Paulus dalam surat 1 Korintus: “Tubuhmu adalah bait Roh Kudus; oleh karena itu muliakan Tuhan dengan tubuhmu, yang adalah milik Tuhan.”  Tubuh kita adalah tempat berdiamnya. Tubuh kita adalah rumah-Nya.
Sekarang, satu hal lain –Di nats kita tertulsi: “Karena engkau dibaptis oleh Roh menjadi satu tubuh, baik dia orang Yahudi, non Yahudi, budak, orang merdeka, laki-laki, perempuan.”  Kita semua dibaptis ke dalam tubuh Kristus oleh Roh Kudus.
Sekarang apa artinya itu?  Artinya adalah, saat kita adalah pendosa, saat kita ada di luar Kristus, kita bukan milik Tuhan. Sekutu kita adalah dunia ini. 
Saya bukan orang percaya. Saya seorang kafir. Saya adalah pendosa yang terhilang. Saya belum menerima Kristus. Saya belum berdamai dengan Allah. Saya belum memberikan hati saya bagi Dia. Saya ada di luar sana. Karena, di luar kota itu, kata Yohanes, mereka adalah orang-orang tidak percaya. Mereka adalah orang dunia. Mereka ada bersama dunia.
Itulah yang dikatakan Yesus saat Dia berkata: “Dan Roh Kudus akan menginsyafkan dunia ini akan penghakiman.”  Artinya, Iblis telah dihakimi. Nasibnya sudah terhilang. Dia akan dimasukkan ke dalam jurang yang dalam, lubang yang tidak berdasar. Dan semua yang bersama dia dan dengan dia akan dimasukkan ke dalam penderitaan yang kekal, saat Iblis jatuh. 
Dan saat kita sesat, saat kita ada di luar Tuhan, saat kita ada di luar Kristus, saat kita bersekutu dengan dunia ini, saat kita dalam kedagingan, saat kita bersekutu dengan Tuhan, kita menjadi terkutuk bersama dia. Saat rumahnya jatuh, rumahnya itu jatuh menimpa siapa saja yang tinggal di rumah itu. Saat dunia ini dihancurkan, mereka yang mengikuti Iblis juga dihancurkan bersama dia. 
Ada satu hari penghakiman dan hukuman yang mengerikan. DI luar sana adalah mereka yang mengikuti dunia, kedagingan, dan panggilan iblis. 
Tetapi di dalam ini, ada persekutuan besar orang-orang kudus. Di bagian dalam kota kudus ini, berdiam orang-orang yang merupakan milik Tuhan Yesus.
Bagaimana mereka menjadi milik Tuhan Yesus? Alkitab mengatakan bahwa Roh Kudsu membaptiskan kita ke dalam tubuh Kristus. Satu gambaran mengenai itu adalah dalam pembaptisan ini.  Kita dibaptiskan ke dalam tubuh Kristus, Gereja yang terlihat. Di bawah ini, di dunia ini—First Baptist Church ini —kita dibaptiskan ke dalam tubuh itu dengan diselamkan ke dalam air. 
Anda tidak dapat bergabung dengan gereja ini dengan mengangkat tangan anda.  Anda tidak dapat bergabung dengan Gereja ini dengan mengisi kartu registrasi.  Anda tidak dapat bergabung dengan Gereja ini dengan memberikan $100,000 dollar kepada pendeta untuk gedung itu. 
Anda tidak dapat bergabung dengan Gereja ini dengan apapun di dunia ini, kecuali satu: Engkau dibaptiskan ke dalam persekutuan Gereja ini—satu-satunya cara yang bisa anda pakai.  Dan itu adalah gambaran mengenai bagaimana kita menjadi anggota tubuh Yesus Kristus: “Oleh satu Roh kita semua dibaptiskan ke dalam satu tubuh.”  Kita menjadi anggota tubuh Kristus dengan ditempatkan dalam baptisan Roh Kudus.
Tidak lama lagi tubuh Kristus akan diangkat untuk bertemu Tuhan di udara, dan semua yang atasnya Roh Tuhan telah turun, semua yang telah dilahirkan kembali, semua yang telah membuka hati mereka bagi Kristus, Roh Kudus membuat mereka menjadi anggota tubuh Kristus.  Dan mereka akan bangkit untuk bertemu Tuhan di udara. 
Dan di perjamuan pernikahan besar Anak Doma, pesta perkawinan besar Kristus Yesus, semua yang telah dibaptiskan oleh Roh Kudus ke dalam tubuh Kristus akan duduk semeja dengan Tuhan pada perjamuan pernikahan akhir, pesta kemenangan Anak Domba. 
Tetapi, jika kita tidak merupakan tubuh-Nya, jika kita tidak diselamatkan, jika kita tidak dilahirkan kembali, jika kita terhilang dan lenyap, semua hari kemenangan besar ini menjadi kegelapan dan firasat buruk dan gemuruh dan kutuk bagi kita.  Kita diselamatkan oleh Roh Kudus, yang menjadikan kita anggota tubuh Kristus.
Sekarang mengenai kepastian kita: kepastian bahwa kita akan diselamatkan dari masa-masa tragis dan mengerikan ini, hari-hari kegelapan dan penganiayaan besar yang sedang datang pada semua manusia yang ada di dunia ini. Saat kuasa surga mengguncang, saat bintang-bintang berjatuhan, saat matahari menjadi gelap, saat hari penghakiman besar itu datang, kita diberi kepastian bahwa saat jam-jam yang mengerikan dan tragis itu menimpa dunia, kita memiliki kepastian bahwa kita akan dibebaskan, bahwa ktia akan diselamatkan --
Kepastian kita adalah tanda dan meterai dan janji dari Roh Kudus di hati kita.
Dengarlah Firman Tuhan: Dalam Pasal 1 Kitab, Efesus, dalam ayat 13:
Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya..
Dan dia mengatakan hal yang sama dalam surat 2 Korintus, Pasal 1 ayat 22: “Yang juga telah memeteraikan ktia, dan memberikan janji Roh di dalam hati kita.” 
Apa yang dia maksudkan dengan: Dia telah memeteraikan kita dengan Roh Kudus?  Ini adalah sesuatu yang dilakukan orang Yahudi selama banyak generasi, dan ini adalah yang juga dilakukan para pejabat tinggi pemerintahan kita.  Jika ada dokumen pemerintah yang penting dan sangat penting, harus ada meterai Pemerintah Amerika Serikat di atas nya. Dan omong-omong, di lembar dollar, apakah anda menemui kedua sisi meterai itu? Saya tidak ingat. Saya tahu ada bagian belakangnya.  Pemerintah Amerika Serikat memiliki meterai dan meterai itu memiliki dua sisi dan meterai itu dibubuhkan ke perjanjian penting dan komitmen penting rakyat Amerika Serikat. 
Dan ini berarti, bila meterai itu dibubuhkan—itu berarti bahwa kuasa dan angkatan bersenjata pemerintah Amerika Serikat komit untuk memelihara perjanjian yang tertulis dalam dokumenitu yang telah dimeteraikan oleh pemerintah Amerika Serikat. 
Jika kita mengatakan kepada Perancis, “Kami menjamin pakta pertahanan bersama dengan anda. Dan jika anda diserang oleh Rusia, kami akan membela kalian. Dan dengan tandatangan pejabat pemerintah Amerika, meterai Amerika Serikat akan dibubuhkan atasnya.”  Ini berarti bahwa kita telah menjaminkan nyawa dan nasih kita serta berkomitmen dan inilah tanda dari kita. Inilah tandatangan kita. Inilah meterai kita.
Itulah yang dilakukan Roh Kudus bagi orang Kristen. Dia adalah meterai Tuhan atas kita, bahwa Tuhan akan memelihara janji-Nya –janji Roh Kudus, dimana Tuhan akan memelihara ktia dan membebaskan kita dan menyelamatkan kita dalam jam-jam akhir dan kudus itu. 
Dan dia adalah jaminan pusaka itu. Ada istilah lain yang digunakan orang Yahudi sepanajng generasi, dan itu masih digunakan hari ini. Saat seseorang malkukan kontrak, saat dia membeli sebuah barang, dia memberikan jaminan. Dia memberikan uang muka keapda orang yang menjual barang itu:  Ini aku membeli barang itu seharga 20, dan ini lima syikal sebagai tanda jadinya.  Saya memberikan kepadanya lima syikal, sebagai tanda—dan saya akan memberi lima belas lagi sehingga harga pembelian itu lunas.
Bila anda membeli sesuatu saat ini, anda bisa memberikan uang muka kepadanya. Ini adalah sebuah perusahaan besar.  Kami akan memberikan $5,000,000 untuk properti besar itu, dan ini $100,000 sebagai uang mukanya.  Ini adalah uang muka.  Ini adalah tanda fakta bahwa kami akan menetapi perjanjian yang akan terjadi. Kami akan memberikannya penuh kepada anda.
Jadi, Roh Kudus Tuhan lah yang telah memeterai kita. Kita akan pergi ke sana, dan Dia adalah jaminan pusaka sampai penebusan barang yang dibeli. Kita belum mendapat itu semua saat ini. Masih ada yang akan terjadi. Kita belum berada dalamkemuliaan. Kita belum di surga. Kita masih dalam tubuh maut dan penderitaan. 
Kita memiliki pusaka yang mulia. Kita memiliki tubuh kekal yang dibangkitkan kembali. Kita memiliki istana di dalam kemuliaan. Kita memiliki semua hal yang telah dijanjikan Tuhan dalam Kitab-Nya. Dan janji dari itu semua adalah Roh Kudus yang telah diberikan Tuhan kepada kita dalam hati kita. 
Itu hanya satu tanda kecil: Roh Tuhan sekarang ada di dalam kita—bahwa satu waktu nanti kita akan memiliki seluruh pemilikan yang dibeli Tuhan kepada kita, sehingga kita bisa bersukacita, bergembira, dan memuji Dia selamanya. Bahkan seperti yang dikatakan Kitab Suci: “jaminan pusaka kita sampai penebusan pemilikan yang dibeli”—Tuhan membeli tubuh, jiwa, dan seluruh keberadaan kita, demi pujian bagi kemuliaan-Nya.
Dan penyempurnaan akhir sedang datang. Dan janji atas itu, jaminan atas itu, isyarat akan itu, pertanda akan itu, ada di hati kita saat ini: Roh Kudus Tuhan, yang diberikan Tuhan kepada kita saat kita percaya kepada-Nya.
Sekarang kita menyanyikan nyanyian kita, dan waktu kita menyanyikannya, seseorang—anda, siapapun—memberikan hatinya bagi Yesus: “Tuhan, aku membuka hatiku kepada-Mu malam ini. Aku mengaku Engkau sebagai Juru Selamatku..”  Anda datang dan mengulurkan tanganmu: “Aku mengulurkan tanganku Pendeta. Malam ini aku memberikan hatiku kepada Tuhan.”  Beberapa dari anda, masuk ke dalam persekutuan Gereja-Nya: “Ini aku datang dan inilah aku.  Aku ingin ada dalam Gereja ini dengan umat ini untuk berdoa, untuk bekerja, untuk membantu, untuk melayani.”
Saat Tuhan membuat permohonan ini ke hatimu—bahwa Tuhan akan memimpin jalanmu, akankah engkau datang dan berdiri di sebelah saya: siapa saja—anda, anak kecil—anda, pemuda—anda, perempuan muda—anda, seorang ayah, ibu, sebuah keluarga—anda, seperti yang dikatakan Tuhan. 
Anda tidak bisa datang tanpa Dia.  Jika engkau datang, percaya pada dirimu sendiri, anda mungkin juga disambut.  Tetapi jika engkau datang, membuka hatimu bagi Yesus—dalam kerendahan hati, dalam rasa percaya, dalam iman, meminta Tuhan untuk menyelamatkan dan untuk memelihara, oh, apa yang akan anda dapati di akhir adalah pencarian seperti itu: “Ini aku Tuhan. Masuklah ke dalam hatiku. Aku mempercayai-Mu sekarang, esok, sampai ke akhir hidupku. Ini aku datang, dan inilah aku.”


Sumber:
http://www.wacriswell-indo.org/holy%20spirit%2010%20-%20karya_roh_kudus.htm




Presuposisi Theologi

Presuposisi Theologi (Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.)
Oleh : Denny Teguh Sutandio

21-Mei-2008, 12:43:30 WIB - [www.kabarindonesia.com]
KabarIndonesia - 


LATAR BELAKANGDi dalam kita menggumulkan suatu permasalahan yang dilontarkan di net ini, seringkali saya mendapat kesan, terjadi perdebatan yang serius, dikarenakan bukan di dalam permasalahan itu sendiri, tetapi di dalam pola berpikir yang melandasi permasalahan itu. Inilah yang seringkali dikenal sebagai Problema Presuposisi (atau kemudian dikenal sebagai Pra-asumsi atau yang oleh Thomas Kuhn disebut sebagai Paradigma). Pada intinya, setiap argumentasi yang kita keluarkan, di belakangnya pasti ada satu set pola pikir yang melandasinya, entah ia sadari atau tidak sadari, terstruktur atau acak-acakan, integratif atau kontradiktif.

PROBLEMATIKA PRESUPOSISI
Jika kita menyadari hal ini, tentulah kita segera sadar bahwa akar permasalahan perdebatan kita disebabkan karena tidak adanya dasar pijak yang sama, dan lebih parah lagi, setiap kita (entah sadar atau tidak) tentunya memegang mati dasar pijak tersebut sebagai kebenaran mutlak yang tidak boleh salah. Hal ini dapat dimengerti, karena kalau ia sendiri belum yakin dasar pijaknya sebagai sesuatu yang mutlak benar, tentu ia tidak akan berargumentasi dengan orang lain. Paling jauh ia hanya berani bertanya atau memberi pertimbangan, tetapi tidak berargumentasi, apalagi berdebat. Ketika seseorang sudah berani berdebat, tentulah ia beranggapan dasar pijaknya mutlak benar.

Namun, masalahnya, apakah pasti benar dasar pijak yang dimutlakkan tersebut. Di sini terdapat problematika yang serius. Dengan orang bukan Kristen, pergunjingan ini bisa menimbulkan masalah besar, karena seringkali manusia tidak suka kalau dasar pijaknya mulai dipertanyakan (tentu dengan alasan tertentu, yang akan saya kemukakan kemudian), sehingga lebih menimbulkan amarah ketimbang penyelesaian. Tetapi, bagaimana di kalangan Kekristenan sendiri?

Di tengah Kekristenan, presuposisi ini bukannya tidak menjadi masalah. Tetapi seringkali di tengah era Post-Modernisme yang serba relatif dan dekonstruktif, maka manusia cenderung menolak adanya presuposisi ini, sekalipun penolakan presuposisi sebenarnya merupakan satu presuposisi juga (bahkan filsafat dasar bagi orang itu sekaligus merupakan presuposisi bagi pikiran dan hidupnya juga). Jelas perlu disadari dan diterima bahwa sekalipun sama-sama Kristen, presuposisi setiap orang Kristen tidaklah sama.

PRESUPOSISI DAN THEOLOGIBanyak orang Kristen yang beranggapan bahwa presuposisi Kristen identik dengan theologi yang dipegangnya. Padahal tidaklah demikian. Presuposisi justru masih berada di belakang theologi (doktrin) yang dipegangnya. Mengapa seseorang lebih mau menerima theologi A ketimbang theologi B, disebabkan karena ia sudah mempunyai 'ancang-ancang' yang baginya lebih 'cocok' dengan theologi A, ketimbang theologi B. 

Persoalannya, jarang kita uji, mengapa kita lebih cocok dengan theologi A ketimbang B, atau lebih tajam lagi, betulkah sikap kita lebih mencocoki theologi A ketimbang theologi B? Apa dasar pembenaran, sehingga kita bisa mengatakan bahwa memang menerima dan menyetujui theologi A lebih bertanggung jawab dan lebih tepat benar ketimbang memegang theologi B. Dari pengertian ini, jelaslah bahwa presuposisi tidak sama dengan theologi.

Lebih jauh lagi, hal ini jika dipertajam lagi, menyebabkan seseorang sekalipun memegang theologi tertentu, kemudian dalam bidang-bidang atau aspek-aspek tertentu bisa tidak menyetujuinya, lalu berpindah ke tempat lain. Terkadang hal ini membuat konsep dan pengertian theologinya tidak terintegrasi lagi, alias saling berkontradiksi, karena ia sudah punya presuposisi yang mau dipasangnya.

Yang lebih membahayakan lagi, jika orang itu kemudian menggunakan dalih, yang kelihatannya sangat rohani, tetapi justru menggambarkan egoisme dan ke-'sok tahu'-annya dengan mengatakan bahwa ia tidak memegang theologi A atau B atau C, tetapi memegang theologi 'Yang Alkitabiah.' Di balik perkataan ini, ada presuposisi pribadi yang mengatakan bahwa semua theologi yang sekarang ada adalah theologi yang tidak atau kurang Alkitabiah, dan hanya theologi yang ia bangunlah yang alkitabiah. Kembali lagi, presuposisi ini didasarkan pada apa? Jika setiap orang melakukan ini, maka akan terjadi Anto-isme, Budi-isme, atau John-isme dan berbagai 'theologi baru' yang semuanya mengaku Alkitabiah, padahal justru mungkin paling tidak Alkitabiah.

Semangat relativisme seperti ini merupakan bahaya besar di dalam dunia Kekristenan saat ini, karena setiap orang akhirnya menjadi bingung dan berdebat tanpa ujung pangkal, karena seluruh presuposisi yang dipegang setiap orang berbeda tanpa bisa ditelusur dan dibereskan lagi kebenarannya.


MEMBANGUN PRESUPOSISI YANG BENARSentral pembahasan saya ada disini. Dan harus disadari terlebih dahulu, bahwa pembangunan presuposisi inipun merupakan satu presuposisi, sehingga jika ingin mengomentarinya, tentu haruslah juga kita mulai dari sini. Ada beberapa presuposisi dasar yang perlu dipakai untuk membangun suatu presuposisi utama dalam kita bertheologi. 

1. Kebenaran sejati bersumber dari Allah sendiri
Manusia bukanlah sumber kebenaran, karena manusia sendiri masih mencari kebenaran, dan manusia sendiri sadar bahwa tingkat pengetahuan kebenarannya tidaklah absolut (banyak kesalahan yang masih kita lakukan di dalam hidup kita). Karena itu, jika kita mau mencari kebenaran, haruslah kembali kepada Allah sendiri, yang menjadi sumber kebenaran dan dirinya kebenaran. Secara inkarnasi, maka di sepanjang sejarah, hanya satu 'manusia' saja yang berhak mengklaim diri sebagai Kebenaran, yaitu Yesus Kristus sendiri, Anak Allah yang Tunggal (Yoh 14:6).

2. Allah mewahyukan kebenaran di dalam Alkitab.
Allah menyatakan kebenaran-Nya kepada manusia melalui firman-Nya, yaitu Alkitab. Dengan kata lain, Alkitab merupakan satu-satunya sarana untuk manusia bisa kembali mengerti kebenaran yang paling hakiki. Inilah yang ditekankan dengan proklamasi: Sola Scriptura (Hanya Alkitab Saja). Dengan demikian, maka seluruh kebenaran harus berpresuposisi pada Alkitab. Dengan lebih kritis lagi, bahwa setiap kebenaran yang bisa kita dapat dan mengerti, jika memang benar, maka ia tidak bisa bertentangan dengan Alkitab. 

3. Alkitab merupakan satu kebenaran yang utuh dari Allah yang satu.
Karena Allah yang sama mewahyukan seluruh bagian Alkitab, maka seluruh bagian Alkitab tidak bertentangan satu sama lain. Jika terjadi pertentangan, maka bukan pengertian Alkitab itu sendiri, tetapi kesulitan pikiran manusialah yang memang mempertentangkannya. Maka kembali lagi, presuposisi manusia di dalam menghadapi Alkitab adalah presuposisi keutuhan, bukan dekonstruktif.

DASAR PRESUPOSISI KRISTENDalam acuan ini, Cornelius Van Til (18 -1987), seorang teolog dan filsuf abad ini telah dengan sedemikian serius menggumulkan permasalahan ini. Van Til melihat bahwa di dalam berpikir, yang mendasari seluruh konsep theologis dan praktis kehidupan seseorang, hanya ada dua presuposisi dasar yang sangat menentukan, yaitu: (1) Kedaulatan Allah atau (2) Otonomi manusia. 

1. Kedaulatan Allah
Dengan presuposisi ini, manusia akan mengacu dan melihat segala sesuatu dari aspek kedaulatan Allah. Allah dipandang sebagai Sumber segala sesuatu, Dasar dan Tujuan segala sesuatu (Rom 11:36). Inilah dasar yang benar bagi seluruh pemikiran manusia, apalagi orang Kristen. Kita percaya bahwa Allah adalah Pencipta, Penopang dan Penyempurna seluruh alam semesta, termasuk manusia. Hanya percaya pada kedaulatan Allah, manusia bisa mendapatkan arah dan patokan dasar berpikirnya secara benar.

2. Otonomi Manusia 
Gejala ini muncul ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Manusia berusaha mencari kebenarannya sendiri di mulai dengan meragukan kebenaran dan kedaulatan Allah di taman Eden (Kej 3:6 dst.). Ciri ini merupakan ciri manusia berdosa di sepanjang sejarah zaman.

Ketika manusia mulai berpikir menurut pikirannya sendiri, ada beberapa hal yang pasti akan terjadi: (1) Non-proportional thinkingManusia jadi tidak lagi bisa berpikir proporsional secara tepat. Karena titik acuannya tidak tepat, maka Martin Luther memisalkan keadaan seperti ini bagaikan roda yang as-nya tidak tepat di tengah. Manusia tidak lagi memiliki acuan yang tepat untuk berpikir, sehingga pemikirannya pasti tidak mungkin berdiri tegak dalam kebenaran yang asasi. (2) InconsistencyManusia tercemar oleh prinsip dosa, yaitu inkonsistensi. Manusia tidak dapat lagi konsisten secara murni di dalam cara berpikirnya. Akibatnya, manusia hidup terus dalam konflik (entah disadari atau tidak disadari). Dengan kembali kepada presuposisi yang benar, barulah kita bisa membangun seluruh theologi kita secara benar. Dan berdasarkan theologi yang benar, pembentukan konsep berpikir kita juga akan menjadi beres. Tanpa presuposisi yang tepat, maka theologi kita akan diwarnai oleh presuposisi yang tidak tepat, dan akibatnya hidup kitapun akan bercorak dosa. Inilah bahaya kesalahan presuposisi yang seringkali tidak disadari oleh orang Kristen.

PENUTUP
Sebagai penutup, saya ingin memberikan satu contoh kongkrit yang merupakan problematika presuposisi di tengah Kekristenan. Ketika seseorang berpresuposisi dasar 'otonomi manusia', yang berarti manusia menegakkan sendiri apa yang ia anggap benar, maka ia terlebih dahulu sudah menetapkan bahwa dirinya menjadi pusat segala sesuatu (bukan Allah dan kedaulatan-Nya). Dari sini, pasti ia akan memulai segala pemikiran yang akan memuaskan kepentingan dirinya. Itu kemudian tercermin di dalam ia bertheologi. Theologi menjadi 'conveyor' (pembawa) pemuasan kepentingannya itu. Maka, karena ia menganggap bahwa hidup ini perlu mendapatkan kepuasan dan kenikmatan, perlu ditunjang dengan pemuasan keinginan duniawi, maka ia akan memperlakukan dan membentuk theologi yang sesuai dengan itu. Dari sini tercermin beberapa implikasi, seperti: 

(1) Saya senang lho ke gereja anu, karena di situ saya bisa melepas stress saya, bisa bersukacita, atau (2) Wah, kalau jadi Kristen ya musti kaya, karena Tuhan ingin kita kaya, nggak mau kita miskin. (Apa iya..?) atau (3) Kalau saya disembuhkan dari penyakit saya, atau saya bisa sukses bisnis, atau saya bisa dapat pacar yang cantik, ya saya mau jadi Kristen, bahkan, (4) Kristen memberikan keselamatan buat saya, tetapi cukup sampai sekian, kalau saya disuruh berkorban, ya saya keberatan, karena itu tidak cocok dengan semangat cinta kasih Kristen (Apa iya...?), atau (5) Jadi Kristen jangan fanatik-fanatik, nanti rugi, apalagi kita nggak diberi makan oleh gereja, dll. 

Saya rasa daftar di atas ini bisa diperpanjang tanpa batas, sejauh theologi dibangun berdasarkan Otonomi Manusia. Alkitab meminta kita untuk bertobat, menanggalkan segala pikiran dosa, menjauhkan diri dari nafsu daging dan keinginan daging yang mematikan dan kembali taat kepada kedaulatan Allah (Gal 5:16 dst.).

Persoalannya, apakah di dunia modern ini, semua orang Kristen, termasuk para hamba Tuhan, menyadari kesalahan-kesalahan seperti ini? Apakah implikasi yang dihasilkan oleh gereja-gereja Kristen saat ini? Sudahkah betul-betul menghasilkan orang-orang Kristen yang bergumul terus semakin mendalam di dalam firman Tuhan, semakin mengerti kebenaran dan mengaplikasikan kebenaran? Ataukah kita hanya menghasilkan orang-orang yang ahli berdebat dan menggunakan argumentasi duniawi untuk menjadi acuan dasar atau presuposisi kita? Biarlah perenungan ini bisa menjadi berkat bagi kita semua. Soli Deo Gloria.

Profil Pdt. Sutjipto Subeno:
Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div., yang lahir pada tahun 1959, adalah gembala sidang Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya, sekaligus menjabat sebagai Direktur: Sekolah Theologi Reformed Injili Surabaya (STRIS) Andhika, Studi Korespondensi Reformed Injili Internasional (SKRII). Beliau juga co-founder Yayasan Pendidikan Reformed Injili LOGOS, sekaligus dosen di: Sekolah Theologi Reformed Injili Jakarta (STRIJ) dan Institut Reformed, Jakarta. Beliau pernah mengajar di Sekolah Tinggi Theologi Injili Abdi Allah (STTIAA) yang sekarang berganti nama menjadi: Institut Theologi Abdiel Indonesia (ITHASIA), Pacet. Beliau meraih gelar Sarjana Muda Theologi (Sm.Th.) dari Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang; Sarjana Theologi(S.Th.), dan Master of Divinity (M.Div.) dari Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) Jakarta. Beliau menikah dengan Ev. Susiana Jacob Subeno, B.Th. dan dikaruniai dua orang anak, yaitu: Samantha Subeno (1994) dan Sebastian Subeno (1998).


Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): 
redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera: www.kabarindonesia.com



Apakah Baptisan = Pengampunan Dosa?

Apakah Baptisan = Pengampunan Dosa?


Pdt. yang baik,
Dalam kehidupan berjemaat seringkali pemahaman tentang Baptisan itu berbeda-beda, tidak sedikit yang berpendapat bahwa baptis sama dengan pengampunan dosa sehingga orang yang sudah dibaptis pasti masuk surga, yang menjadi pertanyaan saya:
  1. Apakah benar baptisan dapat menyelamatkan orang?
  2. Di GKI Pondok Indah ada Sakramen baptisan anak, apakah di dalam Alkitab ada pengajaran tentang baptisan anak/bayi?
Mohon penjelasan, atas pencerahan dari Bapak saya mengucapkan terima kasih.
S di Jakarta
Pdt. Rudianto Djajakartika:
Sdr. S yang baik, salam dari tempat yang jauh.
Baptisan jelas tidak dapat menyelamatkan orang berdosa. Keselamatan dan pengampunan hanya didapatkan melalui percaya kepada-Nya (Yohanes 3:16). Tentu kalau kita percaya kepada-Nya kita akan mengakui dosa kita, mohon pengampunan-Nya dan melakukan segala perintah-Nya termasuk di dalamnya adalah minta dibaptiskan. Dalam Alkitab, perintah Yesus tentang baptisan berkaitan dengan menjadi murid-Nya (Mt. 28:19). Tentu orang yang menjadi murid-Nya adalah orang yang diampuni dosanya bukan? Tetapi baptisan itu sendiri tidak menghadirkan pengampunan. Baptisan justru dilakukan oleh orang yang sudah diampuni, dengan tujuan:
  1. Ia memproklamasikan imannya kepada yang lain (jemaat)
  2. Ia menyatakan diri menjadi bagian dari persekutuan orang percaya. Karena itu orang yang dibaptis lalu dicatat sebagai anggota gereja.
  3. Baptisan sebagai simbol kehadiran Allah dalam diri-Nya sekarang dan selamanya dan sekaligus simbol pengampunan segala dosanya.
  4. Baptisan adalah simbol komitmennya untuk hidup baru dan terus membaharui dirinya.
Jadi baptisan tidak boleh diabaikan karena punya banyak makna dan tentu karena baptisan juga adalah perintah-Nya. Masa kita percaya kepada-Nya (Yesus) tetapi tidak melaksanakan perintah-Nya? Namun orang percaya yang belum sempat dibaptis (bukan tidak mau dibaptis) tetap diselamatkan dan diampuni dosanya. Misalnya penjahat yang di sebelah salib Yesus. Kepadanya Yesus berkata: “Hari ini engkau bersama Aku di dalam Firdaus” (Lk. 23:43).
Bagaimana soal baptisan anak? Memang ajaran tentang baptisan anak tidak muncul secara eksplisit dalam Alkitab tetapi juga tidak ada larangan yang eksplisit, kecuali pertanyaan sudahkah anak-anak itu percaya kepada-Nya? Dapatkah seorang anak (apalagi masih bayi) percaya kepada-Nya? Mungkin pertanyaan yang paling dekat dengan baptisan adalah “Sudahkah anak-anak itu menjadi murid-Nya, bila orangtuanya adalah murid-Nya”? Jika anda menjawab ya, atau orangtua yang akan membaptis anaknya menjawab ya, jangan ragu untuk membaptiskan anak. Kenapa? Karena baptisan berkaitan erat dengan persoalan ‘menjadi murid-Nya’ (Mt. 28:19).
Selain itu, baptisan anak juga punya akar di perjanjian lama, yaitu tradisi sunat. Allah membuat perjanjian dengan Abraham. Dan anak-anak yang lahir dalam keluarga Abraham ikut masuk dalam perjanjian itu. Tandanya adalah sunat (Kej. 17:1-13). Dalam perjanjian baru tradisi sunat diganti dengan baptisan. Tidak perlu lagi ada darah diteteskan (melalui sunat) karena darah Kristus sudah cukup untuk menebus dosa seluruh umat manusia. Nah, karena baptisan punya kesejajaran dengan tradisi sunat, kalau zaman dulu anak-anak ikut dalam perjanjian orangtuanya melalui sunat, mestinya dalam perjanjian baru anak-anak ikut dalam keselamatan orangtuanya melalui baptisan anak.
Tentu yang mengaku imannya bukan anak yang dibaptis tetapi orangtuanya. Dengan pengakuan itu, sekaligus sang orangtua berjanji untuk mendidik anaknya dalam iman yang dipegangnya. Nanti setelah anak itu dewasa, mereka harus menyatakan imannya secara pribadi melalui Sidi. Nah, semoga para orangtua tidak ragu lagi untuk membaptiskan anaknya.

Sumber:
http://gkipi.org/apakah-baptisan-pengampunan-dosa/



Kepastian Jaminan Kristen 2

Ringkasan Khotbah : 1 Maret 1998
Kepastian Jaminan Kristen 2
Nats : Efesus 1: 12-14
Pengkhotbah : Pdt. Sutjipto Subeno


Hidup ditengah dunia membutuhkan jaminan yang pasti. Untuk ini kita membutuhkan landasan yang kokoh dan mutlak, agar kita tidak diombang-ambingkan oleh badai kehidupan ini. Ketika kita menjadi orang percaya kita tahu bahwa di dalam Kristus kita mendapat jaminan yang pasti dan kokoh. Keselamatan orang Kristen dijamin bukan oleh manusia melainkan didasarkan pada kematian dan karya penebusan Kristus di atas kayu salib. Jaminan ini tidak hanya berhenti pada satu titik. Allah memberikan jaminan yang bersifat menyeluruh yang kita sebut sebagai total protection. Alkitab menjamin dari titik awal sampai kepada penyempurnaan totalnya.

Jaminan pertama dijamin oleh Yesus Kristus, Allah oknum kedua. Namun proses ini tidak berhenti hanya pada titik pertobatan saja. Hidup manusia adalah hidup yang terus diproses dan membutuhkan satu jaminan yang pasti. Setiap orang yang ada di dalam Kristus berarti sudah dijamin oleh Injil Kristus. Di sini kita sudah mendapatkan harapan pertama.

Jaminan kedua, orang yang percaya dijamin oleh Roh Kudus. Di dalam ayat 13 dikatakan, "Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan oleh Roh Kudus." Di dalam bagian kedua ini kita masuk kepada jaminan dari Allah oknum ketiga dari Allah Tritunggal yang menjamin dan membuat kita berproses. Juga di dalam Yoh 16:8-11, firman Allah mengatakan, "Aku akan pergi kepada Bapa dan Bapa akan mengirimkan Roh Penghibur yaitu Roh Kudus untuk menyertai kamu selama-lamanya." Ayat ini membicarakan prinsip kehadiran Roh Kudus ditengah dunia. Pada waktu Roh Kudus datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kudus memeteraikan orang percaya supaya kita boleh sadar akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Tanpa Roh Kudus bekerja di dalam hidup orang berdosa, maka orang tersebut tidak mungkin sadar akan dosa.

Namun orang yang insaf akan dosa belum berarti selesai dengan kebenaran. Tahu itu dosa maka harus tahu juga apa itu kebenaran. Mengapa? Karena Roh kudus bekerja bukan hanya memberitahu dosa melainkan juga menginsafkan orang tersebut akan kebenaran. Jadi seorang Kristen yang benar bukan hanya insaf akan dosa melainkan memberikan solusi atas dosa. Disatu pihak kita mengerti yang salah, dilain pihak kita mengerti bagaimana kita melangkah secara benar. Selanjutnya Roh Kudus menginsafkan kita akan penghakiman. Dosa, kebenaran bukan tanpa resiko, dibelakangnya ada penghakiman. Alkitab bukan hanya memberitakan kasih Allah tetapi Alkitab juga dengan jelas memberitakan murka Allah baik dalam PL maupun PB.

Jika kita dapat menangkap ketiga tugas dari Roh Kudus ini, barulah kita dapat menangkap fungsi dan tugas Roh Kudus ketika Ia memeteraikan kita. Paulus menggunakan kata meterai di sini dengan bagus sekali. Pada masa itu meterai memiliki dua pengertian besar. (a) Yang dimeteraikan, menjadi milik yang memeteraikan. Meterai yang dipakai tidak bisa diperjualbelikan karena meterai ini ada ditangannya dan dipegang secara rahasia oleh pemilik meterai yang biasanya adalah orang-orang berkedudukan. Meterai ini unik karena setiap pemilik memiliki materai yang berbeda. Maka meterai yang dicap itu langsung menandai siapa yang memberi meterai. Dan materai yang sudah dibubuhkan tidak bisa dicabut lagi. Dan apa yang dimeteraikan menjadi milik dari yang memeteraikan. Waktu kita dimeteraikan kita tidak dimeteraikan oleh benda mati melainkan oleh Roh Kudus. Dengan demikian jaminan kita adalah jaminan yang solid dan pasti yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Meterai ini menjadikan kita milik Allah. Dalam bahasa Yunani ayat ini menggunakan bentuk aorist pasif negatif. Bentuk pasif artinya dari sisi manusia tidak ada unsur sama sekali. Pemeteraian ini dikerjakan sepenuhnya oleh Allah sehingga dalam kasus ini manusia dalam keadaan pasif total. Sedangkan tenses-nya menggunakan bahasa Yunani aorist tense artinya suatu kejadian yang terjadi hanya satu kali dimasa lampau namun berdampak kekal selamanya. Pemeteraian Roh Kudus juga menggunakan bentuk aorist pasif. Ini menggambarkan jaminan sepenuhnya dilakukan oleh Tuhan. Pemeteraian ini terjadi hanya satu kali namun terus berdampak selama-lamanya. Roh Kudus akan tinggal di dalam kita sampai selama-lamanya. (b) Waktu kita dimeteraikan Roh Kudus bukan oleh meterai yang mati. Ini berarti relasi antara satu pribadi dengan pribadi lain. Pemeteraian Roh Kudus menunjukkan bahwa kita berada di dalam pemilikan yang total dari Allah.

Hal ini menjadi kekuatan yang membuat kita berhak hidup secara kuat ditengah dunia ini. Kita dimeteraikan oleh Allah sehingga tidak ada sesuatupun yang berani mengutak-atik, yang berani mengutak-atik langsung berurusan dengan yang memberikan meterai. Paulus menggunakan gambaran ini sehingga orang-orang Efesus mengerti apa artinya dimeteraikan oleh Roh Kudus. Berani mengutak-atik meterai Roh Kudus berarti berurusan dengan Tuhan Allah. Setiap orang Kristen sejati berada di dalam meterai Allah ini berarti kita diproteksi oleh Tuhan Allah. Jadi ketika kita dimateraikan oleh Roh Kudus kita adalah milik Allah yang harus bertanggungjawab kepada pemiliknya. Tuhan menginginkan kita memuliakan Dia. Untuk ini Tuhan menjamin kita dengan Allah Roh Kudus di dalam diri kita dan menginsafkan kita. Itu sebabnya sangat tidak masuk akal kalau kita tidak bertumbuh dan memuliakan Tuhan. Orang yang dimeteraikan oleh Roh Kudus seharusnya insaf akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kudus menjamin kita di dalam ayat 14 mengatakan, "Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya." Kalau Roh Kudus menjamin kita, ini merupakan satu keterikatan untuk kita mendapatkan keseluruhannya. Ini sama seperti kita membeli barang. Pada saat kita membayar uang muka maka barang tersebut sudah diikat dan tidak boleh dijual kepada orang lain, sampai pembayaran sepenuhnya dilakukan. Demikian pula dengan meterai Roh Kudus adalah meterai untuk proses menuju kepada konsumasi (penyempurnaan akhir). Uang muka yang sudah dibayar tidak mungkin dilepas lagi dan ini terus diproses sampai kita mendapat keseluruhan konsumasi yang digambarkan oleh Tuhan.

Pada waktu Roh Kudus memeteraikan kita ini bukan persoalan sehari atau dua hari melainkan persoalan seumur hidup sampai kita mendapatkan keseluruhan. Alkitab mengatakan barang siapa setia sampai akhir, dia akan mendapatkan mahkota kehidupan. Ini menjadi bukti seseorang itu dimeteraikan oleh Roh Kudus atau tidak.

Waktu adalah ujian yang terindah. Tidak ada kesuksesan tanpa melalui ujian. Iman Kristen justru dibuktikan ketika kita sedang krisis. Waktu kita hidup dalam beban yang berat, dalam kesulitan, ini merupakan satu berkat. Ditengah-tengah kegelapan ini, kita bisa melihat siapa yang sejati, siapa yang palsu. Yang sejati akan bertahan sampai akhir sedang yang palsu akan murtad. Yang benar-benar milik Tuhan, Roh Kudus akan menjamin kita sampai mendapat keseluruhan bagian kita di dalam konsumasi. Di dalam Yoh 10:28-30 ini, Yesus memberi jaminan kepada setiap orang percaya yang diberikan Bapa kepadaNya tidak akan kehilangan keselamatan melainkan akan mendapatkan hidup yang kekal selama-lamanya. Tidak ada seorangpun yang dapat merebut orang percaya dari tangan Yesus Kristus.

Ketiga, jaminan dari Allah Bapa. Seluruh sasaran dari jaminan ini bukan hanya berhenti pada titik pembayaran tetapi akan berakhir di dalam jaminan Allah Bapa sampai kita mendapatkan keseluruhannya untuk kita memuliakan Dia. Ini menjadi sasaran akhir yang harus terjadi. Semua progres dari perjalanan sejarah harus sampai kepada tujuan akhir yang telah direncanakan oleh Allah. Allah Bapa yang memiliki kedaulatan, yang telah merencanakan dan menggarap persoalan ini sampai menuju titik akhirnya yaitu semua yang percaya akan mencapai satu tujuan yaitu kita akhirnya boleh menjadi puji-pujian untuk kemuliaanNya (ay. 14). Seluruhnya ini tidak mungkin bisa digagalkan oleh siapapun. Allah adalah Allah yang berdaulat.

Ini seharusnya menjadi kekuatan bagi kita untuk menjadi saksi yang kokoh ditengah dunia yang rapuh ini. Dan Allah menghendaki anak-anak-Nya hidup di dalam jalur yang telah disediakan olehnya bagi kita agar kita boleh menggenapkan rencanaNya untuk memuji kemuliaanNya. Amin!?



(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)


Sumber:
http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/1998/19980301.htm

Kepastian Jaminan Kristen 1

Ringkasan Khotbah : 15 Februari 1998
Kepastian Jaminan Kristen 1
Nats : Efesus 1: 12-14
Pengkhotbah : Pdt. Sutjipto Subeno


Ditengah kehidupan yang tidak pasti, manusia sangat membutuhkan kepastian. Di dalam ketidakpastian selalu terjadi kepanikan, kebingungan dan tidak memiliki pegangan yang pasti, sehingga kita mudah diombang-ambingkan oleh berbagai macam angin pengajaran, permainan palsu manusia (bnd Ef 4:14).

Ditengah ketidakpastian ini, orang Kristen tidak seharusnya memiliki naturalitas yang sama seperti orang yang tidak percaya. Paulus, ketika belum kembali kepada Kristus tidak memiliki pegangan yang kokoh. Namun, setelah Paulus kembali kepada Kristus, dia memiliki pegangan dan arah yang jelas. Mengapa? Karena Paulus mengerti secara mendalam Siapa yang dia percaya. Dalam II Tim 1:12 Paulus mengatakan, "Aku tahu kepada Siapa aku percaya."

Hal ini juga dibuktikan oleh Paulus di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh harapan kepada Kristus." Kata ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan,’ menggunakan kata proelpizo. Di sini seolah-olah memberikan urutan ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus.’ Sebenarnya, istilah ini berarti ‘pra-harapannya pada Kristus’. Istilah yang dipakai di sini hanya satu kata dan kata ini (proelpizo) hanya dipakai satu kali di dalam seluruh Alkitab PB. F.F. Bruce seorang eksegeses yang sangat ternama menyoroti kata ini. Dia mengatakan proelpizo ini bukan mengajarkan satu harapan yang ada embel-embel-nya tetapi juga bukan merupakan suatu masalah lalu kita berharap. Pra-harapan ini merupakan suatu presaposisi yaitu satu dasar harapan yang dipegang lebih dahulu. Jadi ini bisa dikategorikan sebagai pegangan dasar, artinya apapun yang dibangun disana saya pegang ini dahulu. Jadi kata proelpizo digunakan oleh Paulus berarti sudah memiliki pegangan pertama yaitu di dalam Kristus. Kemudian di dalam ay. 13 ditambah lagi, "di dalam Dia kamu juga."

Paulus mengatakan, "aku tahu kepada siapa aku percaya (II Tim 1:12)." Ini menjadi pra-harapan Kekristenan. Ini bukan pengharapan yang mudah-mudahan dan tidak ada kepastian yang pasti. Pra-harapan ini memberikan suatu kepastian yang tidak bisa diganggu gugat. Dasarnya dapat kita lihat di dalam Ef 1:12-14. Dalam bagian ini Paulus menjelaskan mengapa jaminan kepastian tidak bisa diganggu gugat. Hal ini berbeda dengan para futurologi-futurologi yang bisa keliru, karena seringkali banyak faktor "x" yang berada di luar pertimbangan mereka.

Berikut ini kita akan melihat beberapa alasan mengapa janji Allah tidak bisa diganggu gugat. Pertama, jaminan keselamatan. Di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh pengharapan pada Kristus boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaanNya." Dan di dalam ayat 13 dikatakan, "di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran yaitu Injil keselamatanmu - di dalam dia kamu juga, ketika kamu percaya." Kekristenan dimulai dengan karya Yesus. Di sini oknum kedua menjadi patokan jaminan pertama. Di sini seluruh pengharapan yang dijanjikan dipegang oleh oknum kedua yaitu Kristus yang menjadi dasar Injil keselamatan dan menjadi dasar firman kebenaran yang kita pegang. Ini adalah dasar epistemologi Kristen yang sangat kokoh. Epistemologi yang dimaksud di sini adalah patokan, prinsip mengerti kebenaran yang paling benar.

Di dalam dunia kita tidak cukup hanya mengatakan ini benar. Ini harus dipertajam dengan kata yang "benar-benar, benar". Mengapa ada yang "benar-benar, benar," karena ada yang "benar-benar tidak benar". Dan juga ada yang "tidak benar-benar tidak benar." Mengapa bisa demikian? Jawabannya,\ karena dunia kita penuh penipuan. Sehubungan dengan hal ini Alkitab menggunakan satu paralel dari firman kebenaran dan Injil keselamatan. Jika kita mempelajari ay. 13 dikatakan, "di dalam Dia engkau sudah mendengar firman kebenaran.’ Lalu ditambah lagi di dalam Dia yaitu Kristus engkau mendapat Injil keselamatan. Di sini Injil keselamatan dan firman kebenaran diidentikan. Tanpa penebusan oleh darah Kristus tidak ada Kekristenan sejati. (Ef 1:6-7 dan 14). Di sini kita mendapat jaminan yang paling kuat secara epistemologi karena kebenaran didirikan di atas Kristus bukan di dalam diri manusia. Manusia tidak mungkin menemukan kebenaran karena manusia bukan sumber kebenaran sehingga manusia tidak boleh dijadikan patokan kebenaran. Inilah kesalahan Hawa ketika jatuh dalam dosa.

Oleh sebab itu manusia harus kembali kepada kebenaran sejati. Dan kebenaran sejati ini bukan hukum. Kebenaran sejati ini hanya satu yaitu Kristus (Kis 4:12). Dan ketika Yesus ada di dalam dunia dia berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui aku." Kata yang dipakai untuk ‘kebenaran’ di sini tidak menggunakan kata righteousness tetapi menggunakan kata aleiteia artinya TruthThe Truth artinya kebenaran asasi atau hakekat. Ini tidak bisa diganggu gugat. Jadi, Kekristenan memiliki kekuatan epistemologi karena kebenaran Kekristenan di dasarkan pada kebenaran di atas saya yang sudah dikerjakan melalui penebusan darah Kristus.

Kedua, melalui Roh Kudus. Dalam Efesus 1:13b dikatakan, "di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu." Pada bagian kedua ini jaminan kepastian tidak hanya berhenti pada titik tolaknya saja tetapi juga di dalam prosesnya. Roh kudus oknum ketiga dari Allah Tritunggal tinggal di dalam diri manusia yang menjadi meterai yang menjamin. Kepastian kita di sini dijamin oleh meterai yang sah.

Ketiga, Allah Bapa adalah jaminan kita (ay. 14). Kita di jamin oleh Allah tidak hanya berhenti pada titik awal melainkan proses ini harus berhenti di dalam titik akhir yaitu pada waktu kembalinya kita kepada Allah untuk memuji kemuliaanNya. Pada waktu itu jaminan ini dijamin kembali ke dalam kepenuhan total ketika kita dipersatukan kembali di dalam Allah Bapa. Dalam ayat 14 ini Allah Tritunggal sendiri menjadi kepenuhan bagi kita yang menjadi jaminan yang tidak bisa diganggu gugat.

Adakah jaminan yang lebih besar dari hal di atas? Dapatkah manusia menjamin kita dengan jaminan yang pasti. Tentu tidak ada. Karena banyak faktor "x" yang akan terjadi dan berada di luar kemampuan manusia. Hanya di dalam Allah Tritunggal kita memiliki jaminan yang pasti, dari mulai titik pertama sampai dengan titik akhir.

Semua jaminan di atas tidak dapat dilepaskan dari providensia Allah yaitu Allah yang memelihara, menolong, menjamin, dan menopang anak-anak Tuhan untuk bisa mendapatkan kepastian yang paling kokoh ditengah dunia yang berproses secara sejarah. Ditengah dunia yang tidak ada kepastian, anak-anak Tuhan diberikan suatu jaminan yang tidak bisa diganggu gugat yaitu jaminan pemeliharaan Allah. Providensia Allah dikembangkan begitu kuat di dalam teologi reformed.

Alkitab melihat Kekristenan dimulai dengan pengorbanan Allah demi untuk menyelamatkan manusia. Inilah manifestasi kasih yang begitu besar yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh manusia. Dengan cinta kasih yang begitu besar Tuhan membimbing anak-anakNya untuk kembali kepada jalur yang seharusnya sesuai dengan maksud Pencipta. Untuk hal inilah Allah Tritunggal berperan aktif di dalam memberikan jaminan kepada anak-anak Tuhan. Ini merupakan anugerah yang begitu besar.

Namun seringkali anugerah atau cinta kasih yang begitu besar ini diresponi secara keliru oleh manusia. Seharusnya, justru ketika Tuhan memberikan jaminan yang begitu besar, ketika Allah mengorbankan Anaknya untuk menebus dosa kita, ketika Allah tritunggal di dalam penebusan menjamin kita mulai dari titik awal sampai pada proses dan akhirnya, ini mendorong dan menjadikan kita lebih taat dan lebih setia.

Namun, Jika ada orang yang mengatakan telah menerima anugerah Tuhan yang begitu besar namun telah menyalahgunakan anugerah tersebut dengan berbuat dosa sesukanya maka hal ini menunjukkan orang tersebut belum diselamatkan. Dengan kata lain orang tersebut tidak berada di dalam jalur Allah. Marilah kita sebagai anak-anak Tuhan ditengah krisis seperti ini Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk tetap berjalan dalam jalur Tuhan.

Biarlah providensia Allah jaminan melalui Yesus Kristus melalui Roh Kudus dan melalui Bapa ketiganya menjadi kekuatan yang membuat kita tidak menyimpang dari jalan Allah. Amin!?



(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)


Sumber:
http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/1998/19980215.htm