Hidup kekal tidak usah tunggu nanti
Penulis: Pdt. Bong San Bun
1 Yohanes 5:10-13
Apa anugerah terbesar Allah bagi orang Kristen? Sudah pasti hidup kekal. Tetapi saya menengarai banyak orang tidak peduli soal hidup kekal. Orang lebih peduli pada hidup sementara. Meskipun hidup kekal itu dianggap sebagai hal paling berharga, sikap hidup kita tidak mencerminkan hal itu. Justru sikap dan tujuan hidup kita mencerminkan bahwa hidup di dunia inilah hidup yang paling berharga. Kita hidup seolah-olah hidup hanya di dunia ini. Jadi, meskipun kita percaya ada hidup kekal, kita dalam hidup sehari-hari menjalani hidup seperti tidak ada hidup kekal.
Salah Pengertian Tentang Hidup Kekal
Ada kesalahpahaman orang Kristen tentang hidup kekal. Kalau Anda bertanya kepada orang Kristen: Apa itu hidup kekal? Jawaban yang umum adalah setelah mati masuk surga. Hidup kekal artinya hidup senang di surga. Ada makanan enak, lantainya dari emas, dindingnya batu permata, seperti gambaran dalam kitab Wahyu. Sekarang ini kita ada di mana? Sekarang ini hidup kita bagaimana? Sekarang ini kita masih hidup dalam dunia yang penuh derita. Surga itu bahagia, bebas derita. Dunia ini penuh derita. Gambaran tentang surga dan kenyataan di dunia yang kita alami sangat jauh berbeda. Jadi, hidup kekal dianggap sebagai suatu kehidupan nanti setelah saya mati, sesuatu yang ada di seberang sana. Kalau masih jauh di seberang sana, mengapa memikirkan dan mengurusi sekarang ini? Yang penting, urusan sekarang dulu. Saat ini, kejar dulu kesuksesan, kebahagiaan atau kesenangan. Jauhkan diri dari kesusahan. Dengan demikian, hidup kekal menjad hal yang tidak relevan untuk kehidupan saat ini.
Pengertian Hidup Kekal
Apa itu hidup kekal? Bicara tentang hidup kekal bukanlah terutama bicara tentang kuantitas hidup. Hidup kekal bukan hanya soal hidup yang tidak ada akhirnya. Hal hidup kekal adalah hal kualitas kehidupan seperti kehidupan Tuhan. Kualitas hidup yang indah, baik, mulia, damai. Tekanannya bukan pada kebaikan seperti kebaikan di dunia ini, karena ukuran dunia adalah ukuran yang tidak sempurna. Kebaikan dunia bersifat memuaskan keinginan kedagingan manusia semata. Memiliki hidup kekal artinya merasakan kehidupan seperti kehidupan Allah.
Pertanyaannya, apakah kita harus menunggu sampai mati baru menikmati hidup kekal? Apakah sekarang, ketika masih hidup di dunia ini, kita bisa menikmati hidup kekal? Jawabnya: Bisa, dalam batas tertentu. Kita bisa mengalami hidup kekal di dunia ini tetapi hidup kekal yang sempurna itu memang di surga nanti. Kita tidak bisa mengalami hidup kekal secara utuh di dunia ini karena dosa sudah mencemari dunia ini. Ketika kita mati dan masuk ke surga, di situlah kita akan mengalami hidup kekal sepenuh-penuhnya. Kalau kita menganggap hidup kekal itu barulah akan didapatkan setelah kita masuk surga nanti, maka kita adalah orang yang malang, karena kita tidak pernah akan merasa bahagia di dunia ini. Padahal, kita bisa mendapat bahagia meskipun hidup dalam dunia yang penuh penderitaan.
Mari kita perhatikan yang dikatakan Yohanes tentang hidup kekal,“Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.”(I Yoh 5:11,12). Hidup kekal itu ada di dalam Yesus, bersama Yesus. Jika kita memiliki Yesus, kita memiliki hidup kekal. Dalam Yohanes 17:3 tertulis:“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (garis bawah ditambahkan). Hidup kekal artinya mengenal Yesus. Apa yang dimaksud dengan mengenal Yesus? Dalam I Yohanes 5:20 tertulis:“Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.” (garis bawah ditambahkan).
Mengenal Yesus sama dengan mengenal Yang Benar. Mengenal Yang Benar sama dengan tinggal di dalam Yang Benar. Kalau Anda tinggal di dalam rumah saya, maka Anda akan hidup mengikuti aturan di rumah saya. Kalau Anda tinggal dalam Yesus, artinya Anda hidup menurut aturan Yesus.Jadi, hidup kekal adalah kehidupan yang taat kepada kehendak Allah. Taat kehendak Allah itulah hidup kekal. Simon Petrus mengatakan kepada Yesus:"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” (Yoh 6:68). Artinya, kalau saya hidup menurut perkataan Yesus, maka hidup saya akan mengalami hidup yang seperti hidup Yesus, hidup yang indah, bermakna, mulia. Berkat-berkat yang dipunyai Yesus akan menjadi berkat-berkat untuk saya. Maka hidup kekal dalam satu arti adalah hidup menurut firman Tuhan.
Hidup Kekal Menurut Tuhan Yesus
Tuhan Yesus pernah menyinggung tentang hidup kekal dengan memakai istilah berkelimpahan. Dalam Yohanes 10:10 tertulis:“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan..” Yesus bukan seperti pencuri yang datang untuk mendapatkan sesuatu, tetapi Ia datang untuk memberikan sesuatu, bahkan sampai berkelimpahan. Istilah ‘berkelimpahan’ artinya jumlah yang sangat banyak, tak terhitung, di luar harapan dan dugaan orang. Dengan kata lain, Yesus menjanjikan suatu hidup yang lebih baik daripada yang kita bayangkan. I Kor 2:9 mengatakan:“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
Sebentar dulu. Sebelum kita membayangkan bahwa berkat kelimpahan itu adalah rumah bagus, mobil mewah, uang banyak, kita harus mengerti dulu apa yang Yesus maksudkan dengan kelimpahan itu. Berkat dalam arti kekayaan, jabatan, kehormatan, kepintaran, kuasa tidak menempati urutan teratas dalam daftar berkat Allah (I Kor 1:26-29). Kalau berkat adalah identik dengan hal-hal itu, tentulah Yesus dalam hidup-Nya akan tampil sebagai orang paling kaya, paling berkuasa, paling terhormat sedunia pada masa itu. Jelas hidup berkelimpahan bukan berarti berkelimpahan dalam hal materi.Mengapa? Karena Tuhan sudah jamin bahwa kita tidak usah khawatir tentang apa yang dimakan atau apa yang dipakai. Kalau soal itu sudah dijamin, maka jangan lagi berkutat pada soal-soal itu. Kita harus meningkat di dalam soal lain yang lebih bernilai.
Kelimpahan pertama-tama adalah dalam arti rohani. Yang rohani menentukan yang jasmani. Ukuran iman kita di hadapan Tuhan bukan kaya miskinnya jasmani kita, tetapi kaya miskinnya rohani kita. Keadaan ekonomi kita tidak menunjukkan tingkat iman kita. Salomo kaya, tetapi ia merasa hidupnya sia-sia. Paulus hidup berkekurangan, tetapi hidupnya berkenan pada Tuhan. Ia merasa bahagia. Kondisi kerohanian kita menentukan sikap kita terhadap kejasmanian. Jadi, kalau sejak Yesus hadir dalam hidup Anda selalu ada rasa syukur, ada sukacita, ada penerimaan diri, ada semangat berbuat baik, semangat bersaksi, semua itu tanda kelimpahan rohani dari Tuhan. Semua itu tanda bahwa Anda sudah memiliki hidup kekal. Sebaliknya, sekalipun Anda mendapat semua kesenangan dunia ini tetapi selalu mengeluh, selalu sedih, takut, tidak bisa terima keadaan diri, memikirkan hanya diri sendiri, Anda belum memiliki hidup kekal.
Secara alamiah manusia itu materialistis, tetapi sebagai orang Kristen yang sudah diubah Tuhan, perspektif kita harus berubah. Roma 12:2 mengatakan: “Jangan serupa dengan dunia ini.”Kita adalah ciptaan baru. Konsep kita tentang berkelimpahan harus diubah. Paulus mendorong kita untuk memikirkan perkara yang di atas, berpikir menurut pikiran Allah.Maka kelimpahan yang sejati adalah kelimpahan dalam kasih, sukacita, damai, kemurahan, kesabaran, dan sifat mulia lainnya. Ambisi kita untuk mengumpulkan harta rohani minimal harus lebih besar daripada ambisi mengumpulkan harta duniawi. Bukan sebaliknya, ambisi duniawi lebih besar daripada ambisi rohani.
Orang yang mengutamakan kelimpahan rohani akan Tuhan berikan berkat berlimpah yang lain.“Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal” (Mat 19:29). Jadi, ketika ia mengutamakan hal rohani, maka ajaib, Tuhan memberkati dalam hal-hal lain.
Ketika Tidak Peduli Hidup Kekal
“Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu” (Gal 6:8). Orang yang hanya menabur perkara dunia, akan menabur hanya berkat dunia. Dan Anda tahu, tidak ada berkat dunia yang kekal.Berkat dunia tidak pernah memberi kebahagiaan sejati.Hanya jika Anda mendapat hidup kekal, Anda mengalami indahnya hidup ini.Hidup kekal dapat dialami di dunia ini jika Anda mulai berpikir tentang nilai-nilai kekal, nilai-nilai rohani.
Mulai sekarang, perkecil ambisi Anda untuk hal-hal yang nilainya fana, perbesar ambisi untuk hal-hal yang nilainya kekal.“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33). Anda mungkin merasa rugi pada awalnya, tetapi pada akhirnya Anda akan bersukacita melihat ternyata hidup Anda jauh lebih indah.
Sumber:
http://www.hokimtong.org/www/article-full2.php?id=83
No comments:
Post a Comment