Tuesday, July 21, 2015

MENGHANTAR IBUNDA KE GERBANG SORGA

MENGHANTAR IBUNDA KE GERBANG SORGA
Oleh: Edward Simanungkalit


“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” (Yohanes 5:24)

          Suatu kali kedua orangtua penulis datang ke Jakarta pada bulan Juni 1995. Ketika pertama sekali bertemu dengan keduanya ada sesuatu yang berbeda pada wajah ibu yang terlihat agak lebih hitam. Itu membuat adik penulis menanyakannya kenapa sampai begitu. Dia menjawab tidak ada apa-apa sebabnya, karena biasa-biasa saja sehari-hari. Kami tertawa-tawa saja pada waktu itu. Kami biasa memanggil orangtua laki-laki dengan panggilan: “Bapak”, dan memanggil orangtua perempuan dengan panggilan: “Ibu”, karena kami pernah menetap di Sumatera Barat setelah pindah dari Kalimantan Timur, sehingga berpengaruh terhadap panggilan itu. Bapak kami bernama Wilman Simanungkalit (nomor 13) dan Ibu kami bernama Herna Saulina Nababan nomor 17 dari Lumbantongatonga, Butar.
          Sesampainya di Jakarta, ibu mulai ada panas dan demam, sehingga adakalanya tidak dapat ikut jalan-jalan. Suatu kali penulis bawa bapak ke rumah paribannya, pariban dari bonaniari kami di Lumbanmotung, Butar. Ompung kami yang 6 generasi ke atas adalah kawin dengan boru Nababan yang dijadikan boru Nababan Saluhut di Lumbanmotung dan diberikan tanah untuk kampung buat ompung itu. Karena kami berada di tengah-tengah kampung Nababan, maka kami berulang-ulang kawin dengan boru Nababan terutama di sekitar kampung itu juga. Jadi, inanguda, pariban bapak itu, adalah keturunan dari bonaniari kami. Itu makanya, pariban bapak itu langsung mengundang bapak & ibu menghadiri pesta adat perkawinan borunya, karena ketepatan mereka akan berpesta adat perkawinan. Bapak & Ibu pun menghadiri pesta adat perkawinan itu dan mangulosi juga waktu itu.
          Itulah terakhir kalinya ibu hadir di tengah-tengah sanak-saudara, karena sejak itu dia mulai demam-demam dan kemudian sehat beberapa hari lalu demam lagi. Sementara dalam periode itu akhirnya dia tidak berhenti berobat jadinya. Akan tetapi, semakin hari frekwensi sakitnya semakin cepat, sehingga dia mulai lemah dan pada akhirnya diopname di rumah sakit. Sebelum berangkat sehari sebelumnya, penulis jelaskan kepadanya soal hidup kekal di dalam Kristus Yesus, yang dalam istilah lain adalah pengampunan dosa dan keselamatan kekal. Kemudian penulis tanyakan kepadanya apakah bersedia mau berdoa untuk menerima hadiah hidup kekal dari Tuhan Yesus dan dia menyetujuinya. Dia pun penulis bimbing berdoa menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juselamat pribadinya untuk menerima hadiah hidup kekal  di dalam Kristus Yesus. Inilah doanya: "Tuhan Yesus, aku adalah orang berdosa, sehingga membutuhkanMu. Oleh karena itu, kubuka pintu hatiku dan mengundangMu masuk ke dalam hatiku. Engkau kuterima sebagai Tuhan dan Juruselamatku serta ampunilah segenap dosaku. Jadikanlah aku ini menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendakMu. Terima kasih Tuhan Yesus, karena Engkau telah mengampuni seluruh dosaku. Amin."
           Setelah itu, penulis jelaskan lagi beberapa hal terkait untuk meneguhkannya pada keselamatan kekal yang diperolehnya termasuk pengampunan atas seluruh dosanya  dan menjelaskan lagi dasar-dasar jaminan hidup kekal dan kepastian hidup kekal itu. Bahwa ketika dia menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, maka Yesus Kristus diwakili Roh Kudus masuk ke dalam hidupnya dan Roh Kudus di dalamnya itu menjadi jaminan hidup kekal: “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.” (I Yohanes 5:11-13). “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.” (Yohanes 6:47). Kemudian penulis jelaskan bahwa Kristus yang diwakili Roh Kudus di dalam dirinya itu sekali-kali tidak akan meninggalkan dirinya: “Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Itulah jaminan hidup kekal!
         Firman Tuhan dalam Roma 8:38-39 berikut ini sangat menghibur: "Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Dalam kaitan dengan itu, maka sebuah pengajaran yang paling mengibur ditulis Rasul Paulus sebanyak 44 kali di dalam surat-suratnya tentang "Kristus di dalamku dan aku di dalam Kristus". Setelah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, sehingga "Kristus di dalam ibu dan ibu di dalam Kristus", maka di mana Kristus berada, di situlah ibunda berada. Ibunda tidak akan pernah terpisah dari Kristus selama-lamanya!
         Keesokan harinya dia pun dibawa berobat dan akhirnya diopname di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Selama di rumah sakit, penulis menyediakan waktu untuk membacakanya ayat-ayat Alkitab buatnya dan berdoa. Saat-saat ada kesempatan, penulis membawanya berjalan-jalan dengan kreta roda ke tempat-tempat yang pemandangannya agak lega dan tenang dengan dihiasi kembang-kembang. Kami ngobrol-ngobrol di tempat-tempat itu sampai dia merasa sudah ingin tidur, dan penulis mengantarnya ke tempat tidurnya. Banyak teman dan sanak-saudara yang datang, tetapi kondisinya tidak semakin baik setelah sebulan lebih.
          Suatu kali di hari Minggu awal bulan Oktober 1995, maka para pelayan gereja dari GPIB Immanuel yang berada di Pejambon, dekat Stasiun Gambir datang mengadakan kebaktian di kamar rumah sakit. Pendetanya menyampaikan renungan singkat dan melayankan Perjamuan Kudus, sehingga kami menerima Perjamuan Kudus di dalam kamar rumah sakit. Pendeta memberikan kesempatan untuk menyanyikan langsung lagu yang paling disenangi ibu dan pada waktu itu kami menyanyi lagu: “Na Ro Pandaoni Bolon i”. Ibu merasakan sesuatu yang sangat spesial pada waktu itu, karena dia merasakan kehadiran dekat dengan Tuhan pada saat menyanyi. Dia merasa sukacita dan damai sejahtera yang dari Tuhan, sehingga dia nyenyak tidur setelah acara tersebut.
          Pada hari Selasa menjelang siang, ibuku mulai tidak bangun dan tidak dapat dibangunkan ketika ada pemeriksaan rutin ke kamar. Kemudian dia dipindahkan ke ruang isolasi sementara bapak terguncang menghadapi keadaan tersebut walaupun biasanya dia adalah orang yang tenang selama ini. Ibu dinyatakan koma oleh dokter. Walaupun demikian, penulis tetap mengajaknya berdoa dengan berbisik ke telinganya. Hanya tubuhnya yang tidak bisa bergerak, tetapi dia tetap memiliki kesadaran dan masih bisa merespon dengan cara menggerakkan jarinya perlahan-lahan. Penulis memintanya untuk memanggil nama: “Yesus” saja dan meminta tolong kepada-Nya, karena manusia terbatas, tetapi Yesus dapat menolong dalam keadaan bagaimanapun. Hal itu penulis sampaikan kepada ibu, agar dia selalu bergantung kepada Tuhan di dalam kondisi koma itu.
          Pada waktu setiap subuh, ibu sadar dan dapat berbicara dengan kami walaupun lidahnya sudah tertarik ke dalam. Meskipun demikian, dalam keadaan seperti itu, dia tidak pernah patah semangat dan penulis selalu mendorong semangatnya dan mengarahkannya, agar selalu memanggil nama Tuhan Yesus serta berdoa dalam keadaan bagaimanapun. Sehabis disuapi bubur dan memberikannya minum, kami pun berdoa setelah membacakan beberapa ayat Alkitab. Menjelang matahari terang, dia pun tertidur dan koma lagi. Begitulah kondisi yang berlangsung hingga hari Sabtu.
          Pada hari Sabtu, beberapa teman dan sanak-saudara datang membesuk ke rumah sakit. Ada yang menyarankan agar dalam kondisi seperti itu dibawa saja pulang ke kampung. Bapak dan adik terpengaruh juga mendengar saran itu, tetapi penulis tidak setuju dan menolaknya. Ada seorang ibu yang berbicara kepada penulis secara khusus dan berkata bahwa kami harus merelakan ibu itu pergi dan menyerahkannya kepada Tuhan. Penulis paham apa yang dia maksudkan dan dapat menerimanya, tetapi bapak belum rela untuk melepaskan ibu dan penulis tidak dapat memaksa bapak. Penulis menyerahkan hal itu kepada bapak dan terserah kerelaannya. Sampai malam tiba masih ada teman dan sanak-saudara yang besuk di rumah sakit dan ada yang memberikan kartu telepon untuk digunakan menelpon melalui telpon umum. Di RSPAD Gatot Subroto pada waktu itu cukup banyak telepon pakai kartu disediakan di sana dan tentulah hal ini sangat membantu.
          Malamnya, Sabtu itu, kondisi ibu semakin kritis. Sekitar jam 21:00, bapak memutuskan untuk menyerahkan ibu sepenuhnya kepada Tuhan. Bapak memintaku yang memulai berdoa penyerahan kepada Tuhan dan disambung bapak lagi berdoa. Setelah itu penulis membacakan ayat-ayat Alkitab tentang kehidupan nanti dari kitab Wahyu dan disambung penulis berbicara kepada ibu: “Berangkatlah ibu, berangkatlah untuk bertemu dengan Tuhan. Kami relakan sekarang kepergianmu, karena di sana ibu akan lebih senang selama-lamanya. Relakanlah kami tinggal di dunia ini dan pergilah menghadap Tuhan, karena kami pun juga akan datang ke sana dan kita akan bertemu kembali di sana. Kami akan menyusul kembali nantinya ke sana dan kita akan bertemu kembali di sana. ...” Tidak berapa lama kemudian mulailah ibu melemah, tetapi masih bertahan beberapa waktu. Sekitar jam 00:15 malam itu juga ibu menghembuskan nafasnya hingga melemah dan berhenti. Penulis pun memimpin berdoa kembali memohon kepada Tuhan agar segala sesuatunya Tuhan bereskan untuk membawanya ke kampung .
          Malam itu penulis menyampai kabar kepada sanak-saudara dan kerabat. Sebagian mereka datang pada malam itu ke kamar jenazah. Subuhnya pesawat sudah dipersiapkan dengan Sempati Air dan kami akan berangkat jam 11:00 hari Minggu. Pagi itu kami sudah mandi dan makan nasi hangat disusul keluarga besar Simanungkalit Marbungaraja datang ke kamar jenazah. Acara pemberangkatan kami pun dilaksanakan pagi itu di kamar jenazah dan jenazah sudah dimasukkan ke dalam peti. Setelah acara pemberangkatan selesai, kami pun berangkat ke bandara Cengkareng dengan diantar oleh keluarga besar Simanungkalit Marbungaraja. Mereka semuanya ikut boarding mengantar kami hingga terdengar suara panggilan untuk masuk pesawat, kami pun berpisah dengan mereka dan masuk pesawat.
            Di Polonia, Medan, kami disambut oleh sanak-saudara dan kemudian memindahkan jenazah ke dalam ambulance yang akan membawa kami ke Sidikalang. Ternyata sanak-saudara juga sudah lebih dulu sampai di Sidikalang, karena mereka sudah menerima berita tengah malam sebelumnya. Tiga hari tiga malam jenazah disemayamkan di rumah barulah ibu dikebumikan. Semua acara berjalan dengan baik. Dan, ketika kami berangkat dari rumah membawa jenazah ke pekuburan, maka lagu dinyanyikan dengan lirik berikut: Adong do Ama na di surgo i, Tuhan Jahowa Debatanta i. Dijou do au, na lao ma au tu Ama na di surgo i. Lao ma au, lao ma au tu na di surgo i. Lao ma au, lao ma au tu na di surgo i. Dijou do au na lao ma au tu Ama na di surgo i ... Molo masihol ho muse di au, ingot ma, na di surgo I do au. Dapothon au tu surgo i, ai ho pe sonang do disi! Lao ma au, Lao ma au tu na di surgo i. Lao ma au, Lao ma au tu na di surgo i. Dapothon au tu surgo i, ai ho pe sonang do disi. i.e.: "Ada Bapa di sorga, Tuhan Allah, Bapa kita. Aku telah dipanggil, dan aku akan pergi kepada Bapa di sorga. Aku mau pergi, aku mau pergi kepada Bapa di sorga. Aku mau pergi, aku mau pergi kepada Bapa di sorga. Aku telah dipanggil dan akan pergi kepada Bapa di sorga. ... Bila di suatu saat nanti engkau rindu kepadaku, ingatlah, bahwa aku berada di sorga. Susullah aku di sorga, karena engkau pun akan berbahagia di sana. Aku mau pergi, aku mau pergi kepada Bapa di sorga. Aku mau pergi, aku mau pergi kepada Bapa di sorga. Susullah aku di sorga, karena engkau pun akan berbahagia di sana." Ya dan amin! Itu adalah lagu ibunda yang kami nyanyikan dan dia sedang bersaksi kepada setiap orang bahwa dia berangkat ke rumah Bapa di sorga dan dia mengajak semuanya bersamanya suatu saat nanti menyusulnya ke rumah Bapa di sorga.
          
Hasil gambar untuk yesus kristus

“Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” (Yohanes 6:37-40). ***





No comments:

Post a Comment