Tuesday, August 11, 2015

SMITH WIGGLESWORTH

Membangkitkan Orang Mati 

Rasul Iman – SMITH WIGGLESWORTH

Membangkitkan Orang Mati, Rasul Iman – SMITH WIGGLESWORTH
“Dengan sangat ketakutan, sahabat saya berkata, ‘Dia sudah meninggal.’ Seumur hidup, saya belum pernah melihat orang yang begitu ketakutan seperti dia. ‘Apa yang akan kita lakukan?’ tanyanya. Mungkin Anda berpikir bahwa apa yang saya lakukan tidak masuk akal, tetapi saya berjalan menghampiri ranjangnya dan mengangkatnya. Saya menggendongnya mengitari kamar itu, membuatnya berdiri menghadap tembok dan mengangkatnya karena dia benar-benar telah meninggal. Saya memandang wajahnya dan berkata, ‘Dalam nama Yesus, aku patahkan kematian ini.’ Dari ujung rambut sampai ujung kakinya, seluruh tubuhnya mulai bergetar. ‘Dalam nama Yesus, aku perintahkan engkau berjalan,’ kata saya. Saya mengulanginya, ‘Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus, berjalanlah!’ dan dia pun berjalan.

Smith Wigglesworth adalah seorang yang dipakai Tuhan luar biasa pada jamannya. Lahir pada 8 Juni 1859 dari keluarga sederhana John dan Martha Wigglesworth. Ditahun itu pencurahan Roh Kudus sedang terjadi dan di tahun-tahun itulah William Booth mendirikan bala keselamatan.
Masa kecil Smith dilalui dengan kerja keras. Pada usia 6 tahun dia sudah membantu menarik kereta lobak ayahnya yang mengakibatkan tangannya lecet-lecet. Meskipun saat itu terasa menyiksa namun dimasa dewasa Smith merasa bahwa apa yang dilakukannya pada masa kecil itulah yang membentuk etos kerjanya.
Setelah ayahnya bekerja di penggilingan wol maka kehidupan Smith kecil perlahan-lahan membaik. Selalu ada persediaan makanan di rumah. Ayahnya juga adalah pecinta burung yang akhirnya menurun pada Smith yang membuatnya menjadi pecinta burung juga. Bahkan dia kadang-kadang menangkap burung dan dijualnya kembali untuk mendapatkan uang.
Meskipun tidak pernah diajar hal-hal yang rohani, namun Smith selalu haus dan lapar untuk bersekutu dengan Tuhan. Seringkali dia bertanya kepada Tuhan dimanakah letak sarang burung dan dia akan segera mengetahuinya.
Pada umur 8 tahun Smith mulai mengikuti kebaktian yang biasa diikuti oleh neneknya yang menganut aliran Wesley. Disana dia melihat mereka menyanyi, bertepuk tangan dan pada akhirnya Smith mendapatkan pewahyuan dari Sorga tentang apa arti penebusan Kristus di kayu salib. Tulisannya menyatakan bahwa :
“ Saya melihat bahwa Tuhan sungguh menginginkan kita sehingga Dia membuat syarat paling sederhana yang dibuatNya yaitu – Percaya saja”
Smith muda mulai menjadi penjala manusia. Orang pertama yang diberitakan injil adalah ibunya. Peneguhan akan hadirat Tuhan didapatnya justru saat dia berumur 10 tahun dimana saat itu bapak uskup melambaikan tangan kepadanya. Hadirat Tuhan melingkupi dia dengan sangat kuat selama berhari-hari.
Dikemudian hari bahkan dia menulis ;
“Setelah kebaktian itu anak-anak lain bertengkar dan saling sumpah serapah, dan saya heran apa yang membuat saya dan mereka berbeda”
Karena sejak masa kecil Smith sudah harus bekerja hal tersebut menyebabkan dia tidak pandai menulis dan membaca seperti layaknya anak lain. Namun kerinduannya akan Firman Tuhan begitu dalam sehingga dia selalu menyalin Firman Tuhan. Bahkan akhirnya Smith Wiiglesworth dijuluki manusia satu buku karena dia hanya membaca Alkitab saja.
Pada usia 18 tahun Smith mulai bekerja sebagai tukang ledeng. Namun karena dia bekerja sangat efisien dan luar biasa akhirnya dia banyak menganggur. Pada usia 20 tahun akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke Liverpool.
Selama dia di Liverpool dia banyak memberitakan injil kepada gelandangan dan anak-anak kota serta memberi mereka baju dan apapun yang bisa dia kerjakan melalui pekerjaannya sebagai tukang ledeng. Dia mengunjungi rumah sakit dan kapal, berdoa dan berpuasa pada hari minggu minta agar mereka diselamatkan.
Tidak kurang dari 50 orang diselamatkan tiap kali dia memberitakan injil. Bahkan akhirnya Bala Keselamatan sering meminta Smith untuk berkotbah. Dalam kebaktian itu jugalah akhirnya Smith bertemu dengan seorang wanita muda yang menarik hatinya bernama Mary Jane Featherstone atau yang dikenal dengan nama Polly.
Dari pernikahan mereka selama 30 tahun mereka dikaruniai 5 orang anak.
Awal pelayanan mereka di Brandford justru Polly yang lebih banyak berperan sebagai pengkotbah dan Smith di bagian berdoa dan mendukung. Pekerjaannya sebagai tukang ledeng membuatnya semakin sibuk dan pelayanannya menjadi mundur.
Perlahan-lahan Tuhan mulai menyingkapkan manifestasi kuasanya yaitu kesembuhan Ilahi, Smith dan Polly juga menerima pewahyuan tersebut dan mulai mengajarkan tentang kesembuhan Ilahi. Tuhan menyertai pelayanan mereka dengan tanda-tanda kesembuhan sehingga akhirnya nama mereka mulai dikenal orang dan banyak orang datang di ibadah mereka.
Tahun 1907 pentakosta mencapai Sunderland. Dalam perjalanan pulangnya memperbaiki pipa yang bocor, akhirnya dia mampir ke ibadah disana yang dilayani oleh salah seorang murid Evan Roberts. Namun dia begitu frustasi melihat ibadah yang tidak disiplin dan memutuskan untuk kembali ke Bradford. Sebelum pulang dia hendak mampir untuk berpamitan ke Mrs Boddy dan disana dia di doakan. Setelah didoakan dia rebah dan berbahasa Roh.
Sejak dia menerima baptisan dalam roh tersebut hidupnya berubah drastis. Akhirnya dia mulai berkotbah dan setiap kali kotbahnya selalu penuh kuasa dan disertai dengan mujizat kesembuhan. Akhirnya ratusan orang mulai mengalami jamahan dan kuasa dalam roh seperti bahasa roh, tertawa dalam roh dan kesembuhan dalam ibadah mereka. Smith mulai tidak bisa lagi mengurus pekerjaannya sebagai tukang ledeng. Dan Tuhan memastikan bahwa Dia tidak pernah kembali melakukan pekerjaan lamanya tersebut.
Selama hidupnya Smith menyerukan pertobatan dan iman sederhana yaitu “percaya saja”. Setelah kematian Polly istrinya pelayanan Smith mulai sampai keluar negeri dan tanda-tanda dan mujizat Allah menyertai sepanjang kotbahnya.  
Sepanjang pelayanannya 14 orang dibangkitkan dari kematian dan ribuan orang disembuhkan dari penyakit dan kerasukan setan. Smith meninggal ditahun 1947.

Sumber:
http://beranibuka.com/membangkitkan-orang-mati-rasul-iman-smith-wigglesworth.html


No comments:

Post a Comment